Sembunyi



Bersembunyi Dibalik Kertas Putih.

Penggambaran yang apik, tentang kehampaan yang mengusik.
Ribuan orang berlalu lalang, nyatanya tak mengubah malang jadi sayang.
Kemana aku berlari jika sendiri?
Sebab sejauh apapun kaki melangkah,
Tetap akan kembali pada rumah.

Aku tidak akan bersembunyi dibalik batu besar.
Juga pada pohon yang kuat mengakar.

Tapi disini,
Dibalik kertas-kertas putih yang terkadang berwarna kusam.
Aku benamkan siapa aku.
Mengerayap pikiran entah sejauh mana.
Persembunyian yang tidak tersembunyi.
Dibalik buku, juga ragam kata terrangkai,
Aku plek menjadi diri sendiri.

Tentang Toga



Ku tulis ini atas dasar syukur, mengingat segala perjalanan panjang ini, tak akan sampai pada titik sekarang tanpa izin Allah, juga ridho orang tua.

Tentang Toga.

Te. O. Ge. A.
Pernah bermimpi pakai ini bersama ribuan orang? Memindahkan talinya dari kiri ke kanan? 

Yes. Alhamdulillah, I did.

Lalu apa arti TOGA untukku?
Baiklah, izinkan aku bercerita. 

Sabtu, 24 Februari 2018
Hari itu, ku abdikan diri untuk berkeliling Jakarta Timur, mencari 24 rumah dari murid-muridku yang mendaftar Kartu Jakarta Pintar. Syaratnya adalah survey oleh wali kelas. 

24 rumah. 24 orang tua. 24 watak dan latarbelakang.
Namun 1 harapan. Anaknya bisa sukses dunia akhirat. Jual beli, hutang pinjam, tak jadi masalah. Asal anaknya bisa sekolah. 
Dan betul begitu ceritanya. Pada ubin-ubin lantai dingin yang menjadi saksi, cerita demi cerita itu tersampaikan. 

Pikirku 1: mah, pah, maafkan daku sering membangkang. Sering tak mengerti mau kalian. Padahal...... tes. Jatuh butir air mata.

Pada dasarnya, orang tua tidak pernah meminta harta. Sebab bahagia mereka adalah: anaknya tidak perlu merasakan pahitnya kehidupan seperti yang mereka rasakan akibat kebodohan dan ketidaktahuan. Sekolah sangat penting. Terdidik itu adalah bekal. 
Meski tak jaminan bahwa jenjang tinggi membawa bahagia, namun bagi mereka, orang tua kita tercinta, melihat anaknya bisa memiliki hidup yang layak, adalah kebahagiaan.

Aku jadi terngiang kembali pada aku di 5 tahun lalu.
Saat posisiku sama seperti murid-muridku sekarang. Duduk dikelas 12 SMK. Belajar setiap hari. SMK katanya nanti enakan langsung kerja. Tapi, aku harus kuliah. Di UNJ. Titik.

Keras sekali aku dulu. (Mungkin sampai sekarang meski tak terlihat). 
Ku ingat saat sekolah kami mengajak seluruh murid kelas 12 untuk ke Campus Fair. Semacam pameran yang memperkenalkan seluruh kampus di Jakarta. Setibanya disana (aku lupa tempatnya dimana), kami berpencar. Dan aku bersama 1 kawanku mengunjungi stand "Universitas Negeri Jakarta". Ku lihat dinding-dinding tenda yang ditempelkan nuansa kampus yang begitu memesona. Terlihat mahasiswa sedang membuka buku dan berdiskusi. Aku yakin itu hanya pose. Tapi, aku ingin. Ingin pose? Bukan. Ingin kuliah.

"Kak, minta brosurnya ya? Dua boleh?" Pintaku pada Kakak Mahasiswa, yang akhirnya aku tahu mereka adalah Duta UNJ. 

Selesai di stand UNJ, aku bergegas ke stand BidikMisi. Sebuah beasiswa yang baru diluncurkan tahun 2011 (saat itu tahun 2013). Beasiswa yang diperuntukkan mahasiswa/i dalam ketegori berprestasi namun kurang mampu di PTN dan PTS terpilih. Aku tidak tahu apa aku memenuhi kriteria itu. Pokoknya, daftar aja. 

Informasi lengkap ku dapat. Tujuanku selesai. Alhamdulillah. Tidak tertarik lagi melihat atau bertanya-tanya stand yang lain. Pilihanku bulat, insyaa Allah UNJ. Feelingku sudah menyatu, meski aku juga tidak tahu apa bisa. 

**

Nempel Brosur UNJ di Kamar dan Kelas.

Berbekal 2 brosur ditangan, aku tempelkan 1 di kamar dan 1 di lemari kelas. Ku lingkari sebuah prodi. Yang Alhamdulillah, itulah prodiku saat masuk UNJ. "Pendidikan Ekonomi". 
Lagi-lagi, aku melingkari tanpa analisis apakah aku sanggup menjadi salah satu yang masuk dan mengalahkan ribuan yang lain?
Biidznillah, tak ada salahnya memiliki target.

Tidak sampai disitu. Mimpi hanya akan menjadi mimpi jika hanya ditulis dan dipandang. Sebab itu, harus diperjuangkan. 
Maka, aku tambahkan lagi sebuah label untuk menamai kalkulator yang ku beli saat dapet uang arisan.
"Putri Humairoh"
"Pendidikan Ekonomi UNJ 2013"

Titik. 
Sudah lengkap. Tiap hari itu saja yang kulihat.
Aku semangat bersemangat belajar. Berdoa. De el el.
Berharap Allah mengabulkan. Insyaa Allah.

**

Pertolongan Allah Sungguh Dekat.

Ku persingkat cerita ini.
Dan kembali pada keadaan orang tua kami. 
Lepas Wisuda SMK, aku ditawari magang disebuah perusahaan Tambang. Diterima. Alhamdulillah.
3 bulan ku jalani. Bekerja layaknya wanita karir. 
Pergi pagi, pulang sore, tiba dirumah maghrib.
Lalu kemana mimpi berkuliah?
Aku harus bisa!

"Mah, kakak pengen kuliah."
"Silakan. Tapi orang tua udah gak bisa membiayai penuh. Kalau kakak mau kuliah pilihannya dua. Kerja sambil kuliah. Atau kuliah di Negeri pakai beasiswa..."

2 pilihan itu terngiang dipikiran. Berat sekali.
Aku baru gagal daftar SNMPTN Undangan. 
Gagal di jurusan dan kampus yang aku inginkan. 
Yap, Pendidikan Ekonomi UNJ.

Cara lain yang bisa ku tempuh adalah ikut tes SBMPTN Tertulis. Melawan ratusan ribu orang se Indonesia. Tes yang diuji adalah tes level SMA. Aku harus ngebut kah? Dalam waktu 1 bulan? Magangku bagaimana?

Aku bisa. Insyaa Allah bisa.
Ku beli buku tes SBM, meski yang paling murah. Ku bawa ke tempat kerja. 
Sesekali atasanku melihat, "Putri mau ikut tes?" "Iya Pak. Mohon doanya." "Kok gak pernah dibuka bukunya?" "Saat break aja Pak. Hehe."

Hari pendaftaran terus bergulir. Aku belum juga daftar. Karena harus membayar dan aku bingung bagaimana caranya. Hingga, Qadarullah, informasi bahwa Pelamar Bidikmisi tidak perlu membayar biaya registrasi. Alias gratis. 
Aku seolah tak ingin menyianyiakan waktu. Aku buka laptop pinjaman kantor dan proses untuk daftar. Klik klik. Selesai. Alhamdulillah, kartu ujian sudah keluar. Bahagiannya, masyaa Allah.

Tibalah saatnya!
2 hari yang tak terlupakan. Menuju SMAN 6 di daerah Blok M. Tes mulai jam 9, jam 8 aku sudah tiba di lokasi. Melihat atmosfer peserta berpakaian necis dan gaul. Apalah aku yang hari ini malah memakai baju batik dan celana bahan. Jelas salah kostum. Tapi aku tak peduli, yang penting rapih dan sopan.

Ayahku mengantar sampai pintu ruang ujian. Menemaniku hingga aku memulai ujian, setelah itu kembali pulang kerumah.

Tes hari pertama, Tes Potensi Akademik.
Jujur, macam mana soal ini ku pun tak tahu. Ternyata o ternyata ini soal logika. 74/80 soal. Alhamdulillah done. Meski tak tahu apa benar. Yang penting, banyak isinya.

Tes selanjutnya, Tes Soshum. Sosial dan Humaniora. Kelar sudah. Yang ku yakin betul hanya 2 soal akuntansi dari 50 soal πŸ˜…

Hari pertama selesai. Ku bergegas pulang naik Kopaja 57. Melihat kanan kiri ibukota. I have done my best today. Aku tawakkal. Selamat datang hari kedua.

Hari kedua. Tes B.Indo, B.Inggris, dan MTK dasar.
Apanya yang dasar ya? Ini soal Subhanallah sulit. Jujur aku pesimis. Terjawab sedikit. Alhamdulillah
Setelah itu aku pulang saja.

**

Pengumuman!

Hari pengumuman. Server down!
Gak bisa buka di laptop kantor. Hingga akhirnya aku pulang bersama abang kandung. 
Diperjalanan naik motor, aku coba buka web pengumuman lewat HP. Lancar! 

Kotak merah. Aku scroll. Belum berani baca. 
Setelah tenang, aku baca dengan seksama.

"Selamat... Anda lulus... di Prodi Pendidikan Ekonomi UNJ"

Alhamdulillah. Gak bisa sujud karena lagi dimotor. Namun. Meleleh air mata. Ku tepuk pundak abang, "Bang, putri lolos UNJ..." "Mana coba lihat..."

Sampai dirumah, kucium tangan ayah dan ibu serta kusampaikan kabar bahagia ini. 

Setelah moment haru, tibalah moment melongo.
"Biayanya dari mana kak?"
"Oh iya.. Bidikmisi juga belum pasti Mah.... Gimana mah? Diambil apa engga?"
"Diambil aja. Kesempatan masuk Negeri."
"Iya rezeki nanti ada aja kak.." Ujar mamah, papah, dan abang. 

**

Modal 160Ribu.

Kalau ada yang nanya, berapa uang yang putri bayar ke Kampus? Jawabannya adalah Rp 160.000. 
Kok bisa?
Iya. Atas izin Allah.

Setiap orang punya cerita, dan inilah ceritaku.
Moment daftar ulang adalah moment yang berkesan. 
Seorang anak yang baru lulus SMK tiba2 masuk ke UNJ. Mencari dimana itu Gedung BAAK yang ternyata ada percis didepan gedung parkir. 
Mengantri demi mendapatkan Nomor Registrasi.
Antrian mengular. Tapi aku senang meski dandananku cupu. 

Ku serahkan kartu ujian ke petugas. Dan dituliskan nomor registrasi olehnya.

"Kamu daftar Bidikmisi ya?"
"Iya, Pak."
"Bayar 160.000 untuk POM ya. Uang UKT nya gak usah dibayar dulu."
"Jadi bayar 160.000 aja Pak?"
"Iya."
"Gak bayar uang semesteran?"
"Nanti kalau gak lolos bidikmisi baru bayar."

Aku lupa. Petugasnya siapa. Harusnya sih kenal ya. Karena pas semester 8 mesti bolak balik BAAK. πŸ˜…

"Pah, bayar 160.000. Papah ada uang?"
"Ada ada."
Papah mengeluarkan uang. Tadinya aku bilang minjam karena gaji magang belum turun. Tapi kata Papah, gak usah diganti. Jadi enak πŸ˜‚

Langsung tanpa tapi aku bayar ke BANK.
Setelah itu daftar ulang Bidikmisi.
Berkas sudah lengkap. Tinggal aku serahkan ke Kantor Wakil Rektor 3. 

Berkas beres. 
Aku pulang.
Dan setelah pembayaran 160.000 itu, aku tidak dikenakan biaya lagi. Alhamdulillah.
Bidikmisiku lancar hingga 8 semester. 

**

Beyond the Inspiration.

Aku sangat menyadari.
Aku tidak akan bisa sampai disini tanpa 2 orang malaikat tanpa sayapku. 
Mereka bukanlah pewaris harta, tapi keinginannya bulat untuk mewariskan ilmu. Makan kami seadanya. Kami terbantu karena saat itu Nenek masih ada. Kakek Alhamdulillah masih ada hingga sekarang.
Makan kami, seringnya dikasih nenek.
Jajan kami, sering ditambahi Nenek dan Kakek.
Aku tidak perlu ceritakan detail bagaimana kondisi kami:")
Tapi jika diibaratkan kami tidak disuruh tinggal dirumah tua warisan Kakek Nenek, mungkin untuk bayar kontrakan pun kami harus berjuang. Apalagi untuk sekolah.
Alhamdulillah. Pertolongan dari Allah.

Aku punya Ibu yang sangat luar biasa. Mendidikku disiplin dan tangguh. Meski sebenarnya aku cengeng dan gampang tersinggung. Mamah mendidikku mempunyai tanggung jawab.

Aku punya Ayah yang perwira. Hatinya tak pernah memarahi. Superhero untuk mengantar aku kemanapun jika ku minta. Menjemput tengah malam pun tak masalah. Aku tidak dikekang, namun tetap dipantau.

Mamah dan Papah tak pernah memaksakan kehendak kepadaku. 
Saat lulus SMP, aku dibebaskan memilih masuk SMA atau SMK. Akhirnya aku bilang bahwa aku senang matematika, aku ingin masuk SMK Akuntansi. Orang tua ku menyetujui. Dan ridho merekalah yang menjadi tanggaku sampai disini. Terimakasih Mam.. Pap...

Aku punya Abang yang sayang dan perhatian sama adik-adiknya. Setelah dewasa aku baru paham bahwa tegasnya adalah untuk membuat aku tangguh. Rasa sayangnya terkadang susah ditebak. Beliau mengajarkan kami untuk jangan menyakiti hati orang tua.

Aku punya adik-adik yang mengerti. Saat keluarga kami tertimpa sebuah ujian. Pembiasaan hidup sederhana tanpa kemewahan berbuah manis. Kondisi dibawah pun tak membuat hidup kami berubah. Adik-adik tanpa menuntut hak lebih. 

Kakek dan Nenek baik dari pihak ayah maupun ibu yang menjadi orang-orang yang juga menjaga kami. Memerhatikan kami. Sejak bayi, bahkan sampai Nenek menghebuskan nafas terakhir, aku tidur bersamanya. Sering memberi kami uang jajan tanpa diketahui mamah. Sering membelikan kami makanan enak. Mengoleskan lotion anti nyamuk saat kami tertidur.

Aku pun dikelilingi orang baik. Keluarga Papah dan keluarga Mamah yang sangat sayang ponakan. Sepupu yang seru. Teman yang sangaat memberi warna kehidupan. Terimakasih:")

Aku tidak kuat kala sendiri.
Maka, saat inipun segalanya untuk mereka. 

Hari ini, aku mungkin belum menjadi siapa-siapa.
Tapi biidznillah, proses yang baik akan menghantarkan kita pada pencapaian yang baik pula. Itu saja yang aku yakini.

Apa yang aku beri tidak akan pernah bisa membalas pengorbanan mereka. Tapi, semoga ku bisa terus membahagiakan mereka dengan jalan-jalan yang telah Allah pilihkan ini......

Alhamdulillah alla kulli hal.

**

Teruntuk Muridku Tersayang

Itulah sedikitnya cerita dari Ibu..
Mungkin kalian belum merasakan dan melewatinya sekarang.
Namun suatu hari nanti, pasti akan.
Jangan pernah menyianyiakan harapan orang tua.
Jadilah anak baik-baik. Jangan tambah beban pikiran mereka dengan kenakalan ya :)
Maka itu sudah lebih dari bahagia untuk orang tua.

Bermimpilah setinggi-tingginya.
Yakinkan. Doakan. Dan usahakan!

**

TOGA

Jadi bagaimana tentang toga?
Ya. Hanya sebuah topi hitam bertali warna warni.
Lambang kelulusan.
Lambang bertambahnya tanggungjawab.
Lambang naiknya seseorang kelevel yang lebih mumpuni.

TOGA dipakai oleh satu orang.
Namun diperjuangkan oleh banyak orang.
Jangan pernah lupakan jasa mereka.
Jangankan lupa, abai saja tidak boleh.

Terimakasih yaa Allah atas takdir terbaik yang Engkau pilihkan untukku.
Terimakasih mamah, papah, kakek, nenek, abang, adik, serta semua saudara dan teman atas dukungan dan pengorbanannya :")

Toga ini untuk kalian....

**

To readers..
Terimakasih sudah sabar membaca kisah sederhana ini..
Semoga ada manfaatnya.
Mohon maaf kalau ada salah kata dan penulisan.
Mohon kritik dan sarannya ☺

Saya tunggu cerita luar biasa milik kalian, 
Silakan share linknya ya jika ada dan kita berbagi kisah 😊😊😊

**

Wassalamualaikum.

F.O.K.U.S




Terinspirasi dari kak @qooonit tentang Titik Pusatnya. Menceritakan perjalanan pasca kampus yang dialaminya.

Yap, pasti semua yang lepas dari wisuda, sedikit demi sedikit mengalami masa bimbang. Galau. Bingung. Kira-kira mana jalan yang harus di lakuin.
Sedangkan kalau lihat dreamboard ada:
-S2
-Beasiswa
-Dosen
-dan bla bla bla.

Banyak sekali.
Ketika sudah dipindahkan tali toga dari kiri ke kanan, artinya... "no minta jajan2 lagiπŸ˜…"

Dan itu juga yang saya alami.
4 bulan sudah wisuda. Nyatanya, saya masih kurang fokus. Masih banyak sekali tujuannya. Padahal, untuk mencapai banyak titik itu, secara logika gak bisa dilakoni sekali waktu.

Misal, kamu gak bisa jadi guru full time dan pekerja kantor full time dalam sekali waktu.
Itu semua pilihan.

Dan yap, ketika udah milih jalan menuju cita-cita itu. Tiba-tiba, tawaran demi tawaran datang. Yang tawaran itu bukan sembarangan. Bukan ecek ecek insyaa Allah.
Tapi balik lagi ke tujuan kamu, apaaa?

Siang tadi ngobrol dengan guru baru juga disekolah.
Awalnya tanya...ngaji dimana.
Lama-lama, nanti S2 dimana?

Oh ternyata betul.
Kita gak boleh sama sekali terjebak pada mimpi orang lain! Jangan! Itu berat. Kita gak bakal kuadh.

Jadi, FOKUS. FOKUS pada cita-cita.
Dan kerjakan, laΔ·ukan, tekuni, serta jalani dengan maksimal tangga-tangga menuju cita-cita itu.

Skrg bukan tentang cita-cita siapa yang paling banyak.
Tapi tentang siapa yang tetap FOKUS pada cita-cita itu, hingga dapat.

Bismillah.

Sambil tetap seimbangkan antara kebutuhan jasmani dan ruhani. Sambil meningkatkan keilmuan persiapan akhirat. Sambil tetap menambah apa yang harus ditambah.

Harus FOKUS, konsisten, komitmen, dan atur waktu sebaik mungkin.

Insyaa Allah. Doa, usaha, ikhtiar, tawakal kita, akan menbawa kita pada cita-cita itu.

Jangan malas.
Jangan malas memotivasi diri.
Bisa. Biidznillah.