Boikot Sari Roti? Jadi Kudu Piye?

Sari Roti.. Roti Sari Roti..

Yap, begitulah kira-kira bunyian nyaring dari speaker mungil di gerobak roti si abang penjual roti keliling dengan merk Sari Roti.

3 hari kebelakang (mulai hari Selasa, 6 Desember 2016). Viral sekali dunia maya dengan Klarifikasi dari Sari Roti menanggapi keberadaan Roti gratis dari sang dermawan muslim. SR mengklaim bahwa pembagian roti secara gratis ini bukan dilakukan oleh pihak pusat SR, sip, oke. Lalu pembagian roti gratis juga tanpa persetujuan dari pihak SR, sip, oke. Lalu SR mengatakan bahwa menjunjung tinggi Kesatuan NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika, sip, oke. Lalu SR juga mengatakan bahwa tidak ikut campur dalam kepentingan politik, sip, oke.

Secara pribadi (karena belum berkeluarga), saya meng-oke-kan klarifikasi SR.
Lah iya dong? Trus saya kudu piye?
Orang kan lagi tabayyun (konfirmasi) jadi wajib disimak, dan di respons.
Sehingga dengan klarifikasi itu (yang sebenarnya gak penting juga untuk di release) berdampak pada tanggapan yang heterogen dari masyarakat khususnya ummat muslim.
Ada yang memboikot SR dengan cara tidak membeli produk SR lagi. Ada yang masih menghargai pegawai2 dan penjual keliling SR yang muslim, dan tetap membeli SR. Ada pula yang mengganggap bahwa klarifikasi tersebut adalah bukti bahwa SR netral dan tidak melakukan tindakan apa-apa.

Sejujurnya, saya juga bukan konsumen aktif SR. Karena sehari-hari sarapan saya adalah nasi uduk atau lontong sayur. Makan SR sesekali aja, kalau kebetulan pengen, ataupun dapat dari seminar. Jadi, masalah boikot (tidak membeli) bukan sesuatu yang sulit bagi saya.
Tapi, ada pertanyaan yang membuat saya jadi berpikir. Dan juga sebagian ummat bertanya-tanya.
Kalau SR gak dapat penjualan, otomatis berdampak pada penjual roti keliling (yang sekarang sudah mulai terlihat dampaknya), atau pegawai dan pabriknya yang bisa jadi jika terus menerus penjualan menurun, kemungkinan PHK pasti ada.
Lalu apa aksi boikot ini bisa dibilang "mematikan rezeki orang"?

Oke, kemudian saya telusuri lagi. Baca-baca tulisan logic dari seorang aktivis. Intinya begini, akibat klarifikasi tsb, kita jadi tau SR berpihak kemana?
Loh? Maksudnya gimana Pute?
Iya, jika dilihat dari segi bisnis, sesuatu yang gak penting gitu buat SR bikin klarifikasi untuk sesuatu yg sebenarnya akan meningkatkan personal brandingnya. Istilahnya promosi gratis. Konsumen nambah, akibat SR yg digratiskan oleh dermawan waktu aksi 212.
Namun, kayanya mah ada sesuatu yang "mendesak". Yang bikin harus banget SR bikin klarifikasi. Yang kayanya, kalo gak buat klarifikasi itu, dampaknya akan jauuuh lebih besar dibandingakan kehilangan market muslim. Iya gak sih?
Pasti ada opportunity cost yang diperhitungkan, kan?
Ibaratnya gini,
Ada sesuatu acara yang bertentangan dengan jati diri kita, trus disana ada produk jualan kita, dibagikan secara gratis (yang biasanya gratis2 gini adalah dari sponsor), nah padahal promotor acara itu yg beli dari agen, trus dibagiin. Karena tuh acara mungkin "gak bener" jadinya kita takuuut dimarahin orang tua, guru, atau sohib kita, terlebih Tuhan kita. Nah, supaya gak dikira kita support acara itu. Maka kita keluarin deh klarifikasi. Supaya yg kita takutin itu, percaya sama kita. Gak jadi marahin kita.
Masalah target pasar? Itu mah gampang, bisa cari lagi. Yang penting kepercayaan dari pihak "atas" tetap kita pegang.

Iya gak sih?

Oke, well. Terlepas dari ini semua.
Allah semakin nunjukin ya generasi-generasi Al-Maidah:52.
Yang sebenernya udah jelas banget keliatan. Jelaasssss banget.
Sehingga tugas kita adalah jauh-jauh deh tuh, dan deketnya sama Allah dan orang-orang yang taat juga sama Allah.
Karena ini masalah tauhidullah.
Susah digoyah, kan?
Ini soal prinsip yang dipegang teguh.
Masalah persaudaraan?
Islam gak pernah memusuhi selain Islam. Malah terus diajak, di temani, di sapa.
Karena Rasul pun ngajarinnya gitu, kan? :)
Gak ada yang perlu di takutkan dari aksi menunjukkan diri dan identitas muslim. Tapi eits, harus tetap hati-hati.
Terkadang banyak baiknya manusia itu bisa tidak terlihat akibat kesalahan keciiil yang diperbuat.

Sok, bagaimanapun itu..
Sari Roti tetaplah makanan halal.
Inget kan? Rasul kalau gak suka makanan, langsung ditinggalkan. Tanpa di cela dulu. Tanpa di katain dulu.
Jadi, gak ada lagi ya aksi injak-injak makanan (naudzubillah). Atau aksi buang makanan ke tempat sampah.
Gak boleh ya.
Karena Muslim sejati harus tetap memiliki akhlak yang baik. Sesuai yang diajarkan oleh Rasulullah.

Tetap bermuamalah yg baik yaaa.

Dan for our beloved brother and sister Muslim pegawai dan penjual roti SR keliling.
Kita sama-sama percaya ya, kalau Allah itu udah ngasih jatah rezeki keee semua hambaNya, jadi kita gak usah takut kekurangan, atau kehilangan rezeki.
Kan, tumbuhan, hewan-hewan di dasar tanah aja Allah sudah kasih rezeki masing-masing. Apalagi manusia? Wah, Masyaa Allah deh.
Tetap dalam ikhtiar terbaik, insyaa Allah, Allah kasih berlipat-lipat rezekinya. Dikasihnya bukan karena kita merintih kelaparan, tapi karena Allah sayang kita.