Bahkan Sampai Sejauh Mana Aku Berlari, Aku Kembali

Aku merindu.
Dua kata yang tak ubahnya sebuah pengakuan tak beralasan. Memang tidak butuh alasan untuk merasakan rindu. Sejauh apa kita berlari, toh pada akhirnya aku kembali. Menanti serpihan rindu utuh lagi. Aku tidak berani. Aku sama sekali tidak berani berlari.

Berbalut ku menahan api, menghadangnya dengan air. Kata Rangga, memilikimu sekali lagi adalah kebodohan dan ketidaktahudirian. Namun bagiku, memilikiMu sekali lagi dan selamanya adalah kemampuan. Aku yakin. Aku mampu. Lagi-lagi, sejauh apapun aku berlari, aku kembali.

Aku benci dalam elegi. Menahan semua kenangan muncul lagi. Aku benci memiliki ingatan tentang hal buruk, karena..aku menangis lagi. Untuk kesekian kali. Tanpa sebab aku merana, aku kecewa. Lalu kembali aku bisa berlari lagi? Ku harap. Sejauh apapun aku berlari, aku kembali.

Sebab. Masa lalu tidak ubahnya sebuah halaman sebelum hari ini. Pernah ku sebut bahwa hidup adalah sebuah lembaran-lembaran? Dan hari ini, kita berada dititik yang kosong. Sudah lama aku tidak menulis diary. Aku tidak berani. Menuliskan banyak dosa hari demi hari. Seolah hukuman menghujam jantungku. Aku tersesak. Aku berhenti menulis diary. O, betapa lembaran sebelum ini adalah tinta merah hidupku? Apa yang aku perbuat hanyalah dosa?
Ku harap. Dan aku berharap, sejauh apapun aku berlari, aku kembali.

Aku. Sang bidadari untuk diriku sendiri. Sang permaisuri untuk hidupku sendiri. Sang pelayan untuk diriku sendiri. Boleh jadi aku hanya bermain peran saja selama ini. Boleh jadi, semua hanya ber-pura? Aku harap tidak. Boleh kata orang hidup ini panggung sandiwara. Atau bahkan lebih rumit lagi seperti sandi morse. Lalu bagaimana dengan aku? Sandi-rian selalu? Begitu?

O, Sang Pemilik Hati. Sajakku niat untuk berlari, sebentar kemudian aku kembali. Apa maksudmu ini yang namanya pelukkan kasih?

Sejauh apapun aku berlalu, aku kembali. Kembali padaMu, Rabb. Aku harap begitu. Selalu. Selamanya. ☺

Alam Mengajarkanmu Apa, Dik?

Ini bukan kali pertama aku bermain di alam bebas. Bukan kali pertama aku nenjelajah. Namun akhir-akhir ini ada yang berbeda dari caraku menikmatinya. Aku menikmatinya. Sebagaimana yang seharusnya dinikmati. Ku kurangi interaksiku dengan dunia yang jauh, dan ku nikmati yang dekat. Dan seketika aku mulai belajar. Belajar banyak hal. Dari mulai pijakkan kaki yang lemah, dari mulai ranting pohon yang kecokletan, dari teriknya mentari, dari hijaunya dedaunan, dari kerasnya menjalani sehari menyatu dengan alam. Namun inilah belajar hidup. Hidup. Hidup; dik. Kataku.

2 Minggu lalu aku bertemu dengan adik kecil kelas 5 SD pada acara Training Petualangan Mimpi oleh BeeWhite Management. Aku diamanahi menjaga dan menemani 9 adik kelas 5 SD. Hingga pukul 8.30, adikku lengkap. 1 orang lagi. 1 orang lagi. Hingga tepat pukul 8.30 kami dibariskan sesuai nomor urut kelompok. Pada saat itulah aku bertemu adik terakhirku. Namanya Zahra. Akhwat cantik berpakaian syar'i. Berjilbab ungu dan berkacamata ungu. Berbaju putih. Berkaos kaki pink.
"Assalamualaykum Dik. Yuk langsung mulai baris. Baris dibelakang dulu ya. Kakak temui Bunda dulu."
Dan setelah itu ku temui Bunda Zahra. Seorang akhwat berjilbab syar'i. Setelah ku mintai data sang bunda, berbalas senyum oleh Bunda Zahra seraya berkata "Syukron wa jazakillah ya Kak Puthum. Barakallahu untuk hari ini. Semoga sukses. Semangat ya."
Dengan senyum manis sang Bunda menjauh dari kami.

Ini hari yang mengesankan. Insyaa Allah
Seharian ini aku bermain dan berpetualang dengan adik-adik hebatku. Mereka berani. Aku tidak tahu sejak kapan keberanian itu muncul dari dalam diri mereka. Namun bagiku, mereka hebat. Hingga Zahra kembali menarik perhatianku. Adik hebat ini amat sopan, sosial, dan memiliki kepekaan yang tinggi.
Zahra sepertinya sudah mengerti bagaimana seharusnya batasan antara ikhwan dan akhwat. Zahra mengingatkanku, "kak, kenapa gak ada batasan ikhwan dan akhawat?", aku tersentak, aku diam, aku bangga, "Dik, buat batasanmu ya. Beri jarak, kita tetap berjalan dibelakangnya namun jangan terlalu dekat.". Zahra pun paham.

Waktu siang telah datang, saatnya kami berpetualang. Ku pilihkan satu tempat berrumput hijau untuk kita bermain. Ah, aku sangat senang ketika bermain di alam lepas. Begitu pula adik-adik. Tidak ku lihat raut muka lelah diwajah mereka. Hanya tawa dan senyum yang mereka tampilkan.
"Dik, kali ini kita akan bermain 5 permainan seru. Semua adalah filosofi dari 5 motivasi kita dalam meraih mimpi."

Tadinya, ada beberapa anak yang memisahkam diri dari aku. Mereka asyik bermain dengan dunianya. Namun apa yang alam perbuat, daya tarik keseruan mampu membantuku untuk mengambil hatinya, mengajaknya bermain bersama. Aku senang, 9 adik hebatku bisa bermain bersama dan kompak. Aku senang, mereka dengan sigap membentuk teamwork. Aku senang. Aku senang mereka bisa bersahabat dengan alam.

"Kakak, aku gak mau duduk dirumput, nanti kotor."
"Yaudah; duduk dulu di akar pohonnya ya."
Percakapan di awal kita bermain. Namun beberapa saat setelahnya, ia malah asyik duduk dirumput. Aih, adik-adik.

Kembali ku ceritakan tentang Zahra
Ia begitu dewasa. Sikapnya begitu peka terhadap lingkungan. Barulah aku tau bahwa Zahra sekolah di Sekolah Alam di bilangan Bintaro. Deg. Apa se-dahsyat ini alam mem-fasilitasi lingkungan belajarmu, Dik?
Tidak lama kita bermain, hingga mereka tidak mau diajak pulang. Mereka asyik. Mereka senang. Namun waktu menunjukkan kita harus kembali ke Masjid UI.

"Kakak, lihat ada sampah." Kata Zahra.
"Nah, kalau ada sampah, artinya harus diapakan?"
"Dibuang kak. Tapi gak ada tempat sampah."
"Oke, sekarang ada tempat sampah (aku keluarkan plastik merah yang cukup besar). Kakak beri penugasan. Sepanjang jalan menuju Masjid UI, kita harus memungut sampah non-organik, sampai plastik ini penuh."
"SIAP Kak." Kata 9 adik hebatku.

Allahu, nikmat apalagi ini. Belajar di alam membuat mereka peduli. Sepanjang jalan mereka sibuk mencari sampah-sampah non-organik lalu mereka masukkan kedalam plastik merah. Aku bahagia, mereka tidak menjadi adik-adik yang acuh. Aku bahagia, hari ini aku belajar lagi bagaimana arti kepekaan sosial.

Dan untuk Zahra, kapan aku bisa berkunjung ke Sekolahmu?
Katamu dalam bulan ini kamu akan camping?
Doakan semoga tugas akhir-ku bisa banyak meneliti tentang bagaimana alam mengajarkan kita banyak hal.
Terimakasih adik-adik hebatku. Walau rasa lelah menghujam, namun bersama kalian terasa tidak ada letihnya.

Catatan seorang Fasilitator, 21 Agustus 2016

Papandayan Story, Kisah Pendakian 3 Pendaki Pemula Main ke Papandayan

Cerita ini berjudul "Papandayan Story, Kisah 3 Wanita Pendaki Pemula Main ke Papandayan"
*silakan diambil hikmah sebanyak-banyak dari kekurangan cerita ini, jika ada kelebihan, maka kembalikan itu kepada Yang Maha Menguasai. Alam ini amanah untuk kita jaga. So, #keepcalming #gunungbukantempatsampah

#Part1 PersiapanPendakian
Oke, ini hanya cerita sharing perjalanan. Untuk yang pernah bertanya Pute pernah kemana aja? Yup, pute belum kemana-mana. Papandayan ini adalah gunung pertama yang pute daki dan camping disana, jadi sebelum2nya hanya tik-tok aja tanpa nge-camp. Kebayang dong masih newbie nya?

Entah ada angin apa, salah satu dari 2 partner mendaki saya @annaffh minta ditemenin naik gunung. Duh, plis. Pute aja gak belom pernah kemana-mana. Tapi, karena dari lubuk hati yang dalam pingiiin sekali muncak, maka kita sepakat untuk melakukan pendakian. Tujuannya? Tadinya Gunung Gede, Cikuray, Guntur, sampe Semeru jadi perbincangan kita. Tapi, oke.. please be realistis. Akhirnya dengan mengucapkan Bismillah dan banyak pertimbangan serta masukan dari banyak kawan expert, maka Papandayan jadi tujuan kita. Tahap selanjutnyaa adalah nyari partner lain buat ikutan trip kita. Banyak kita lempar ajakan di berbagai grup whatsapp kita, terutama anak-anak KSEI UNJ Kabinet Sakti waktu itu. Namun, Allah mentakdirkan hanya 1 orang yang bisa gabung bareng kita, akhawat keren kece badai kuat @ardsyafitri. Maka, kita mulai persiapan selanjutnya. "Kak, yakin nih gak ada ikhwannya?" "Insyaa Allah, bisa. nanti disana kita Jbjb aja sama pendaki lain." "Terus yang bawa alat-alat?". "Hmm, tenang, nanti Allah yang bantu."

Selanjutnya, berbekal banyak sharing sama temen yang udah pernah ke Papandayan, kita harus nyari informasi::: Transport, Kondisi Trek, Alat-alat yang wajib dibawa, Logistik, dan tak lupa MCK.

Kita membagi tugas. Ada yang bertugas mencari informasi terkait gunungnya, me-list barang bawaan, serta ada yang wajib belajar buat diri-in tenda. So, far. Kita bukan anak Pramuka, jadi mendirikan tenda adalah pelajaran yang susah buat pute:")

Untungnya,Allah kasih partner yg hebat. 2 akhawat ini tipe yang pantang menyerah banget. Sempet terpikir untuk batalin..

#Part2PapandayanStory
Sempet terpikir buat batalin, karena pesimis dengan kondisi yang akan terjadi. Namun, semangat dan optimisme mereka selalu menguatkan #ress

Maka, kita lanjutkan sesi minjam-meminjam-alat-gunung. Thanks banget buat Pepew dan Iki, yang alatnya paling banyak kita pinjem
Persiapan logistik dan alat udah, yang jangan sampe lupa juga adalah persiapan fisik dan mental. Olahraga jangan lupa, test fisik alat pute di H-1 nyoba trekking ke Kawah Ratu,Gn.Salak *janganditiru*. Selanjutnya mental, harus punya energi dan positive-thinking bahwa kita mampu kita bisa karena Allah.

1 Januari 2016, kita berangkat. Nyampe di Rawamangun jam 3 buat beli logistik dan packing ala kadarnya yang penting semua alat dan logistik masuuuk cariel. Selanjutnya otw ke Kampung Rambutan. Disini sudah mulai tergoncang. Jam 9 malam kita baru sampai Kp.Rambutan, Alhamdulillah masih ada Bus menuju Garut yang hampir semua penumpangnya bawa cariel. Jiahaha. Dapet duduk ditengah kursi 3 bikin perjalanan pergi kita cukup nyaman. Sembari makan nasi goreng yang tadi dibeli, kita berbincang-bincang. Ko kita nekad ya? Iya dek, bismillah. Kalo gak diginiin, kita gak tau seberapa jauh kita bisa 'break the limit'. *asek*

Ongkos bus Kp.Rambutan-Garut Rp52,000. Oke, sesuai dengan budget. .
Saatnya tidur. Tapi beberapa kali memejamkan mata gak bisa2, malah sesak nafas. Aduh, plis. Jangan kambuh. Pejamin lagi, sesak nafas

Maka 4 jam perjalanan pute hanya melihat lampu berkilauan dijalanan. Alhamdulillah.. nikmat.

Jam 3 kita sampai di Terminal Guntur. Berdasarkan info yang kita cari2. Kita bisa stay dulu sampe matahari terbit disalah satu mushola di terminal. Bisa untuk packing ulang, tidur dulu, mandi *sebelum 2 hari ga mandi*, dan beribadah masing2. Maka setelah sampai kita langsung menuju Mushola. Tapi, kok sepi? Gak ada pendaki lain?

Akhirnya kita melakukan berbagai aktivitas persiapan lagi, hingga jam 5.30 kita ready buat berangkat.
Nyari sarapan deket terminal yang harganya ehmmm agak nembak alias cukup mahal. Tapi ist okey lah, makan enak dulu....

*Sampai disini, yang terpenting dr sebuah perjalanan adalah rasa kembali pada-Nya.. Muhasabahlah sebelum mulai berjalan lagi...

#Part3PapandayanStory
This Part tribute to Mba Mala dan Mas Aziz💓

Setelah makan dan beli bekal makan siang. Kita bergegas menuju angkot ke Cisurupan, namun menunggu lama angkot gak penuh2 dan gak jalan2. Diangkot cuma ada kita bertiga dan 1 pasangan muda yang juga mempunyai tujuan yg sama. Res.. maksudnya tujuan yg sama dengan kita yaitu Papandayan. Akhirnya... "dek,coba kenalan,siapa tau kita bisa join"

Entah siapa yg memulai, akhirnya kita berkenalan. Namanya Mba Mala dan Mas Aziz. 2 Superhero kita dalam perjalanan ini. Beneran mereka kaget. Hah? Cuma ber-3? Cewek semua?*gak dong, sekarang kan udah ada Mba Mala dan Mas Aziz*. Tanpa bareng mereka, entah perjalanan ini akan terasa lebih berat dan lebih lapar *jaah*. Mereka juga berasal dari Jakarta, tujuannya juga Papandayan. Mereka hanya ber-2 dan membawa logistik makanan hampir 1 tas. Kebayang dong susahnya ngabisin makanan kalo hanya ber-2? Akhirnya, kita bergabung menjadi 1 tim. Dengan penuh canda tawaaa kita berangkat ke Desa Cisurupan. Ohiya, angkotnya Rp20,000 gak kurang. Hikz. Mahal..

Setelah sampai di Cisurupan, harusnya kita berangkat naik mobil bak ke Basecamp Papandayan. Tapi karena kita cuma ber-5 dan 2 orang lainnya. Karena kuota mobil bak minimal 10 org biar dapet harga murah *ternyata, usut punya usut kalo mau ke Papandayan, setelah sampe di Term Guntur bisa langsung naik angkot yg ke Basecamp tanpa nunggu pagi, katanya lebih murah dan lebih enak, hmm pantes tadi pagi gak ada yang di Mushola*
...jadi berdasarkan hasil musyawarah kita memutuskan naik ojek, dengan tarif Rp25,000.
Untung harga segitu, dengan jarak tempuh yang lumayan jauh, serta jalanan yang amberegul ameseyu.. Harganya gak mahal-mahal banget

Alhamdulillah, nyampe basecamp. Saatnya registrasi. Mas Aziz langsung menyuruh kita utk duduk aja dan dia yg ke simaksi. "Jadi ber-3 berapa mas aziz?" "Udah, gak usah. Enjoy the trip." Waaah. Rejeki anak sholehah. Simaksi dibayarin. Kala itu simaksinya 8,500 per-orang. Cukup murah..Tapi kalo di-kali 3? Oh, makasih yaa Allah. Makasih mas Aziz mba Mala.

*sampai disini, perjalanan adalah tentang berani berbicara dan mulai membuka diri dengan lingkungan. Simpen dulu gadgetnya, sapa lingkungan sekitar..

#Part4PapandayanStory
Perjalanan dikit-dikit istirahat

Sekitar pukul 9, kita siap untuk memulai perjalanan. Kita berdiri melingkar, dan Mas Aziz memulai untuk memimpin doa, agar perjalanan ini selamat sampai kita kembali kerumah, dan banyak berkah yang bisa kita ambil. Bismillah..

Sekarang udah gak banyak senyum lagi dari Pute. Rasanya sesak nafas datang lagi. Efek jetlag dan suhu badan yang belum sesuai dengan suhu disini. Dingiiin bro. Untuk pelajaran utk kita pendaki pemula, wajar-wajar aja kalo dilangkah-langkah pertama sesak nafas, ngos2an *karena krg olahraga*, atau nafas terasa sakit sampe ke tulang, berdasarkan info ini gak bahaya, tapi gak boleh disepelein, mulai atur pernafasan dan jangan banyak bicara/ngobrol. Buat suhu badan kita sama dulu dengan suhu disana. Ada baiknya saat mulai trek, jaket dibuka aja kalau cuasa panas, karena udara gunung seger banget. Kalau pake jaket ntr malah 'nyelekep'. Sip, atur nafas. Liat batu besar dikit, sunglah duduk. Tapi jangan terlalu banyak istirahat ntar badan jadi susah lagi buat bangun :D

Trek Papandayan cukup landai dan bersahabat buat pemula. Pertama nanjak, kita udah di suguhi sm pemandangan kawah papandayan yang kece. Dan jangan heran kalau di kawah ini rameee. Banyak warga lokal/interlokal *lah* yang wisata hanya sampai kawah papandayan. Semacam Tangkuban Perahu gitu. Tapi safety first, karena trek-nya bebatuan, jadi agak sakit emang kalo gak pake sepatu/ bukan sepatu gunung. Harus hati-hati jangan nyebur ke kawah atau tergelincir batu. Hati-hati juga sama motor-tril yang bisa aja lewat disamping kamuuu.. Tapi pemandangannya aduhai, rugi kalo gak sempet putu-putu..

Setelah trek Kawah, kita akan masuk ke perbukitan papandayan.. Dan sebelum selesai dikawah, yang mau istirahat dan duduk di Warung dulu juga boleh. Pisang gorengnya enak banget. Harga seribu. Warung.. beneran warung..

*Sampai disini, perjalanan adalah tentang berusaha berjalan seberat apapun itu. Tetap andalkan kemampuan diri sendiri, krena perjalanan adalah ajang ta'aruf sama diri sendiri. Positive-thinking, dan banyak-banyak istighfar.

#Part5PapandayanStory
Mulai nanjak-terus-nanjak
.
.
Trek Kawah masih terbilang landai, walaupun ada nanjak-nanjak-nya gitu. Tapi setelah itu trek udah mulai minta diseriusin. *jah

Setelah kawah, yang tersisa hanya pendaki2 yang punya tujuan camp di Pondok Saladah. Kala itu, yang mendaki cukup rame. Tapi rame-nya masih normal. Apa efek abis tahun baru ya?
Sekarang silakan dibayangkan ya treknya seperti apa. Jadi setelah melewati kawah kita akan berjalan turun dan masuk ke sebuah lorong yang di tutupi oleh ranting-ranting pohon, disini harus hati-hati karena jalanannya licin, walaupun sebelumnya enggak ujan. Selanjutnya keluar dari lorong ranting, kita akan ketemu perbukitan papandayan. Dari sini kita sudah bisa melihat tempat yang nanti jadi tujuan kita, tapi masih jauuuh. Dan jalannya seperti memutar.

Lalu kita akan mulai naik lagi dengan kondisi kemiringan yang biasa aja *lah*, dalam arti gak miring-miring banget. Nah, dari ketinggian ini, kita udah bisa lihat pesona papandayan dan sebagian kecil pemandangan kota garut. Treknya masih tetap batu-batuan dan tanah merah. .

Setalah sampai di pinggangnya bukit, jalannya landai banget, dan dari sini kita bisa puas mandangin papandayan, dan kawah dari kejauhan. Tapi siap-siap, Pondok Saladah sebentar lagi. Dan ada kejutan sebelum itu..
Setelah trek landai, kita akan berbelok ke kiri dengan trek yang cukup curam. Trek ini akan membawa kita ke Pos *lupa pos berapa* pokonya pos sebelum sampai di Pondok Saladah. Disini ada petugas yang menyuruh kita bayar retribusi. Ya walaupun udah bayar simaksi, tapi sekedar berbagi rezeki dengan warga yang mengurus gunung tak ada salahnya. Biasanya tak dipatok tarif khusus, benar2 seikhlasnya dan dibayar per-tim bukan per-orang.

Setelah itu; kita sudah tidak jauh dari Pondok Saladah. Huaaah, selamat ya kaki. Sedikit lagi kamu bisa selonjoran :')
.
.
*Sampai disini, perjalanan adalah tentang terus menanjak atau menurun, lika-liku kehidupan. Terserah, apa saja. Asal tetap dijalur-Nya, maka semua benar. Yang terpenting itu dirimu. Mau kuat atau tidak? Pilihannya bukan Kuat atau Tidak, tapi, Mau kuat atau tidak?? Simpen dulu gadgetnya, alam meminta hak-nya untuk dilihat dan diseriusin..

#Part6PapandayanStory
Pondok Saladah, come to mama
.
.
Poto diatas adalah salah satu trek menuju pondok salah. Lumayan ajib buat kita-kita yang baru newbie. Karena musti nanjak dikit. *yaiyalah nanjak ppuuut. Tapi beneran, trek nya gak se-ekstrim Prau yang bener2 miring drastis.

Setelah sampe di Pos sebelum, kurang lebih 30 menit kita sudah sampai di Pondok Saladah. Memilih tempat yang asyik buat mendirikan tenda. Sekarang gilirannya mas aziz yang nyari spot buat kita. Karena katanya "jangan deket pohon-pohon gede, ramee" "jangan ditengah-tengah, ramee." Maka kita berada di sisi pinggir pondok saladah. Kalau yang pernah kesana, kita camp di sisi kanan jalanan menuju Tegal Alun dan sekitarnya. Dan di pinggir kanan name tag "Pondok Saladah". Tempatnya cukup luas untuk mendirikan 2 tenda kita

Waktunya mendirikan Tenda. Dave yang udah belajar dari internet dan belajar dari kakanya cara mendirikan tenda dan fly sheet langsung lugas diriin tenda. Di bantu sama Anna dan mas aziz. Pute ngapain?? "Udah ka pute duduk aja." Alhamdulillah yaa Allah. Akhirnya bisa bermanja dengan edelweiss. Apa put? Edelweiss? Yup benar, jadi Papandayan ini adalah salah satu gunung yang edelweiss tumbuh subur di atasnya. Bahkan Tegal Alun adalah salah satu padang edelweiss terluas yang luasnya hingga 10km....kebayang kan tuh muterinnya gimana? Nah, disamping tenda kita, percis disamping tenda kita. *ciyee kita* ada beberapa pohon edelweiss yang bunganya sedang merekah, atau merekahnya sedang, alias biasa aja. Beneran ternyata cantik banget. Dan gak ada baunya, alias enggak wangi. Haha. Tapi gagah edelweiss tuh

Kondisi Pondok Saladah: ada WC umum 10 Pintu + beberapa kran air diluar. Gak usah takut kehabisan air atau bingung MCK dimana yaaa. Ada mushola. Ada warung. Silakan dipilih:')
Yang jelas semua fasilitas ini di gunakan seperlunya ya; tujuan kita buat memahami alam harus tetap terlaksana.
Selanjutnya kita ngapain di tenda..

*Sampai disini, perjalanan adalah tentang siap dengan segala kondisi. Untunglah disini banyak fasilitas. Namun ketika keadaan sulit dan mendesak, ilmu siap-siaga-setiap-saat harus terlaksana. Akhawaty, tetap pelajari adab safar. Itu sangat penting bagi kita.

#Part7PapandayanStory
Sharing Menu Masakan dan Ittinerary

Jam 12 siang kita sampai di Pondok Saladah
Aktivitas selanjutnya adalah sholat, dan istirahat. Walaupun tiap detik di gunung ga boleh dilewatin gitu aja, tapi istirahat itu penting banget. Bahkan tidur kita harus berapa kali lebih pulas dari biasanya, lebih lama dari biasanya *jah

Di tim ini, pute kebagian jd tim support alias cuma nge-support yang lain. Boong deng, pute kebagian jatah jadi tim perlengkapan dan porter yang bawain barang bawaan tim seperti tenda, alat masak, dll. Jadi sesi masak-memasak diserahkan ke Anna

Mba Mala adalah tipe istri idaman karena pinter banget masak. Sedikit sharing menu makanan kita disana: pas sampai camp langsung buat Pudding Cokelat. Yup, tanpa di taro kulkas ni puding kerasnya cepet banget. Selanjutnya bikin Kolak, beneran kolak. Pake pisang, ubi, buah. Masyaa Allah Mba Malla. Selanjutnya Anna masakin kita nasi, omelet, dan buka teri dicabein. Dan Mba Malla ngasih kita Spagetty. "Dihabisin aja dek...*nunjuk ke kita*". Okee. Makan siang cukup. Dan hujan turun dengan derasnya. Kita terpaksa tidur. Besok pagi, kita akan melakukan "jalan-jalan" ke Tegal Alun dan Hutan Mati. Sekarang, siapkan fisik terbaik...

*Sampai disini, perjalanan adalah tentang berbagi dengan sesama. Pelajaran dr Mba Mala, dia bawa banyak banget makanan. Setelah kita tanya, "Mba kalo gak ketemu kita, trus siapa yang ngabisin makanannya?" "Ya, kita cari yang lain, yang mau makan bareng kita." "Jadi kita beruntung ya ketemu Mba Mala." "Mba juga beruntung jadi punya banyak adik.".
. Nanti kalau kita naik gunung, kaya gitu ya? *nunjuk diri sendiri* *jones*

#Part8PapandayanStory
Ekspedisi Hutan Mati,Puncak,Tegal Alun

Akhirnya kita lewati malam dengan istirahat full ditenda. Tanpa ngobrol-ngobrol manja karena hujan masih turun dan udara dingin banget. Selepas sholat Isya, kita masuk ke sleeping bag masing-masing. Sebenarnya malam itu dinginnya menjadi-jadi. Jaket kondisi lembab, SB yang tiba-tiba jadi gak anget. Tapi, sejujurnya kita agak risih dengan 'tetangga' yang sempet2nya bawa speaker dan nyetel musik dangdut. Plis, jangan gitu ya. Selain menggangu pendaki yang lain, juga tidak sesuai etika kita. ✊

Oke, kita berikhtiar bangun subuh dan summit ke Hutan Mati, Puncak, dan Tegal Alun. Fiks. Semangaat.

Tapi ternyata diluar prediksi, tidur kita jadi nyenyak banget. Dan bangun tepat subuh. Udara dingin dan gerimis dan sunrise belum terlihat bikin agak mager untuk keluar tenda. Akhirnya aktivitas ringan kita kita lakuin dalem tenda. Membuat sarapan, dan bercengkrama.
Jam 7 kita mulai goooo. Mas Aziz kali ini jadi leader perjalanan kita. Dia udah beberapa kali naik papandayan, jadi katanya santai aja..
Tujuan pertama kita adalah Hutan Mati. Kenapa disebut hutan mati? Karena diatasnya tumbuh batang dan ranting pohon tanpa daun. Dan banyak debu disana. Kurang tau sejarahnya apa sehingga disebut hutan mati. Namun secara estetika, Hutan mati menawarkan panorama eksotik dan mistik. Hiii..

Trek menuju Hutan Mati dari tenda kita enggak terlalu jauh, yaa kurang lebih setengah jam kita udah sampai dikawasan hutan mati. Beda dari tempat2 lain yang penuh pohon dan tanah merah. Di kawasan hutan mati yg terlihat hanya batang pohon dan tanah yang berwarna putih karena tertutupi abu. Tetap siaga bawa masker yaa. Khawatir tiba-tiba abunya berterbangan
Kawasan Hutan mati luas banget. Jadi gak usah takut gak kebagian spot poto disini. Yang bawa hammock dan mau hammock-an disini juga asyiiik ko. Mau poto sm pasangan jg asyik 😢

Selanjutnya kita ke...

*Sampai disini, perjalanan adalah tentang spontanitas. Katanya bedanya liburan dengab bekpekeran adalah tentang spontanitas tujuan dan ittenerary. Kalo backpacker cenderung bebas dan tidak terikat rundown. Nikmati. Tapi bukan berarti tanpa arahan perjalanan  yaaa. Lebih fleksibel dan asyik..

#Part9PapandayanStory
Hamparan Edelweiss di Tegal Alun

Selanjutnya kita berangkat menuju puncak. Puncak beneran ya bukan puncak AFI Indosiar.
Jadi mas aziz menawarkan beberapa opsi jalan menuju sana. Bisa lewat tengah atau lewat samping tapi lebih memutar. Jalan tengah artinya kita lewat sisi tengah dari salah satu bukit dengan kondisi jalan yang miring dan curam. Atau lewat samping dengan kondisi lebih landai dan kita lewat depan nametag Tegal Alun. Aih, pilih mana aja deh mas aziz.

Akhirnya kita ber-lima lewat jalur tengah. Awal-awalnya sih jalannya landai, miringnya sedikit doang. Namun lama2 makin curam dan....licin. Memang tidak terlalu panas karena dipenuhi sama pohon-pohon ranting rindang yang menghalangi panas sekaligus membantu kita buat pegangan. Menurut pute, ini nyali benar-benar diuji. Ternyata o ternyata, pute cukup ngeri sama ketinggian langsung kaya gini. Gemeteran iya, dan gak pede waktu napakin kaki di tiap2 pijakan. Akhirnya pute ditempatkan ditengah. Karena gak mungkin ada didepan, apalagi dibelakang.

Pelajaran penting, jangan ragu melangkah. Karena pute beberapa kali kepeleset gara2 ragu menentukan langkah *apasih. Tapi ini beneran. Yakin dan pasti waktu nurunin kaki ditiap2 pijakan. .

Kita kebingungan. Mas aziz kok sepi ya disini? Cuma kita doang? "Hehehehe iya. Tuh mereka yang lain pada lewat samping." Gubraaaaak. Ternyata kita dikasih jalan yang ekstrem sm mas aziz. Makasih loooh. Makasih.

Cukup lama kita jalan di trek ini. Harusnya 45 menit kita udah bisa sampai. Tapi ini udah 1 jam lebih gak nyampe-nyampe. Katanya diwajarkan...masih pemula

Fyi. Entah dimana letak puncak papandayan gak terdeteksi deh dimananya. Tapi kita nyampe di satu titik yang ada papan bertuliskan "Puncak Papandayan 2665 Mdpl" namun kondisi disana seperti di Hutan. Penuh pohon-pohon besar. Its okey, kita narsis duluuu. *poto nya gak mau di upload karena gokilzz posenya*

Selanjutnya kita berjalan menuju Tegal Alun. Gak jauh ternyata. Kita lewat jalur belakang tegal alun. Sunglah kita nyari spot buat duduk2, minum air, makan cokelaaaat. Dan poto-poto. Waktu itu kita dapet kondisi edelweiss yang sedang setengah mekar.....then....

#Part10PapandayanStory
Edelweiss, selamat mekar sayang

Padang edelweiss di tegal alun luas bener. Kalau ditotal ada sekitar 10 hektar luasnya. Dan dari sini kita bisa puas banget ngeliatin edelweiss. Tapi inget ya enggak boleh nge-camp di Tegal alun. Selain emang bukan tempat camp, tapi juga bahaya karena masih banyak binatang buas yang berkeliaran disana. Tapi tenang, semua sudah memiliki tempat hidup dan habitatnya masing-masing. Jadi selama kita tidak mengusiknya dan menaati peraturan, masih cukup aman.

Masih ingat berita tentang tegal alun yang kebakaran? Yup benar. Ternyata disana memang ada sebagian pohon edelweiss yang terbakar. Cukup deket dari tempat lewat para pendaki. Asepnya pun masih ada, dan ranting-rantingnya berwarna hitam pekat. Sedih deh kalau diceritain mah.

Setelah puas menikmati edelweiss, berpoto, piknik ala-ala. Maka saatnya kita turun dan kembali ke tenda. Pilih jalur mana??? Ya jalur samping. Ternyata jalurnya cukup landai. Tapi licin, karena efek semaleman ujan dan banyak yang lewat situ. Rame.. dan turunnya ngantri. .

Sekitar pukul 11.30 kita sudah kembali ke tenda. Langsung kita makan logistik yang masih tersisa. Kalau gak salah waktu itu makan ayam fillet deh 😂 lagi-lagi itu dibawa sama mba mala, sedangkan nasi kita sudah dingin dan harus masak lagi.

Selesai makan, kita siap-siap packing. Bungkus tenda, rapihin sampah. Nah ini yg penting, sampahnya dibawa turun ya. Jangan ditinggal diatas.

Entah kenapa bawaan pulang terasa lebih berat, padahal semua logistik udah dikeluarin. Tapi tetap semangat pulaaaang.

Bismillah kita turun. Lewat jalan pintas (lagi). Bukan lewat jalur biasa. Naik 3 jam; turun 1,5 jam. Apa bisa?? Tapi lewat jalur goberhood. Hmmm... kaya apa ya..

*Sampai disini, perjalanan adalah tentang persiapan kembali pulang:') walaupun berpisah terkesan menyedihkan, namun memang kita harus pulang. Membawa kenangan dan kemenangan atas diri sendiri. Harus. Gak boleh gak pulang. Kenapaaaa? Karena nanti mamah nyariin. Hehehe.

#Part11PapandayanStory
Badai Pasti Berlalu

Alhamdulillah. Kita melingkar lagi. Memanjatkan doa agar perjalanan turun kita bisa lancar dan selamat sampai dirumah. Bismillahi..

Dengan berbagai pertimbangan kita memilih jalur turun yang berbeda dengan jalur saat naik. Sebenarnya ada 1 jalur yang sekarang sudah ditutup untuk naik. Alasannya? Menurut analisa, jalurnya emang cukup bahaya kalo dibuat naik. Bebatuan gersang dan licin. Riskan jatoh. Apalagi sampingnya jurang. Jadi kalo naik, pilih jalur yang aman-aman aja. Asal bisa nikmati perjalanan. Oke?

Kalau gak salah nama jalur ini jalur goberhood. Yang mau membenarkan, silakan ya. Jadi sebelum melewati jalur ini, kita lewat jalur ke Hutan mati dulu, lalu turun dari situ. Eheeek. Bisa dibilang ini benar-benar memintas jalan. Dan nanti saat sudah keluar dari jalur ini, kita tetap akan bertemu jalur kawah. Sadees..

Oke, dimulai. Alhamdulillah selama perjalanan pulang ini kita bertemu beberapa pendaki lain yang juga turun dijalur ini. Sempat saling ragu, karena belum ada kejelasan, jadi silakan aja datang dulu kerumah *jiaah, apasih*. Oke, kembali ke topik.

Badai datang. Sebenernya bukan badai. Tapi kabut turun. Menutupi jalur. Padahal jalurnya menurun, kalo ditutupi gimana turunnya?
Jadi saat kita sedang percis ditepian jurang, kabut turun. Maka mau tidak mau, kita gak bisa lanjutin perjalanan dulu. Silakan duduk dan banyak-banyak berdoa. Dan pute ngapain? Yup. Cuma duduk di batu besar sambil ngeliatin anna dan dave yang malah poto-poto ala reporter asep riau. Zzz.

Menariknya, kita ketemu bapak dan anak laki2nya yang umurnya kira2 12 tahun lagi asyik mainan di genangan air dekat situ. Anaknya berani. Bapaknya juga *lah. Ibunya mana pak?

Gak berapa lama kabut mulai naik, dan jalur udah kebuka lagi. Ngeeek. Ternyata yang tadi tertutupi awan bener-bener jurang yang dibawahnya kawah. Masyaa Allah. Inilah pentingnya hati-hati dan gak perlu bertingkah berlebihan. Lebih baik sabar dan duduk ditempat yang aman.

Oke mari kita lanjutnya perjalanan turun. Dengan ritme yang lebih cepat dari biasanya. Pute tetap jalan diurutan akhir-akhir. Hingga tidak begitu lama kita sudah sampai di jalur kawah. Alhamdulillah

#Part12EndingPapandayanStory
Pulang:')

Setelah sampai dijalur kawah; maka gak ada misi lain selain secepatnya turun. Karena hari semakin sore dan bus semakin jarang
Jam 3 sore kita sudah kembali ke basecamp. Bersiap-siap untuk pulang. Nyari barengan ke terminal guntur. Alhamdulillah dapet barengan

Perjalanan menuju Terminal jadi menyedihkan. Pute memilih duduk dikursi depan. Karena sudah gak bergairah untuk berbincang2 apalagi ketawa2. Yang ada dipikiran: pulang. Bersyukur Allah masih lindungi perjalanan summit kali ini. Dengan berbagai keterbatasan manusia, Dia pertemukan dengan org2 baik dan menjaga. Muhasabah diri lagi. Mewek lagi. Hmm..

Benar saja, nyampe terminal Guntur. Kita dapat bus paling terakhir menuju Kampung Rambutan. Yes, udah jam 6 sore. Badan udah gak karuan rupanya. Perasaan pas tadi di gunung gak aneh deh, sekarang kenapa jadi aneh? 😂 Abaikan.

Perjalanan cukup panjang. 5 jam. Tengah malam kita baru sampai Kp.Rambutan. Berpisah dengan mba mala dan mas aziz. Berpisah dengan kenangan papandangan. Serta bertemu dengan abang gojek... *gubrak
.
Pulang.
.
Terimakasih Papandayan, engkau menjadi sangat bersahabat dengan kami. Terimakasih yaa Allah, alam-Mu indah. Indah sekali. Boleh ya pute tafakkur kesana lagi?
.
.
Sampai disini, perjalanan adalah tentang keberhasilan kembali kerumah dengan selamat dan sehat. Berapa kali pergi? Dan berapa kali kembali?
Alam memang tempat yang indah untuk di kunjungi, namun bukan untuk dijadikan tempat tinggal
Keberhasilan seorang pendaki bukan saat mampu berdiri di puncak, namun saat ia bisa kembali pulang dengan selamat setelah ia berdiri di titik tertinggi, di titik tertinggi kemampuan dirinya. .
.
Tetaplah kembali pulang kerumah. Sejauh apapun kakimu pernah melangkah, rumah selalu punya rasa baru untuk memanja. Karena disitu ada keluarga.. .
Terima kasih telah membaca #PapandayanStory. Semoga banyak hikmah yg diambil dari kekurangan tulisan ini. Semoga akan ada Story lain, yang dengannya menghadirkan rasa yang sama. Rasa rindu kembali kerumah
#AlamIndonesia
#IndonesiaituIndah
#Akhirnyaselesaijuga
#PapandayanStory
#gunungbukantempatsampah
#KataPute