Menetapkan Tujuan Hidup

Hari ini aku galau.
Beberapa pertanyaan menyeruak didalam benakku.
"Apakah diizinkan?"
"Ataukah penolakannya akan begitu dahsyat?"
"Apakah aku bisa meyakinkan?"
"Apakah aku siap dengan setiap omongan?"
"Apakah..
"Apakah...
"Apakah....
Deg.
Aku diam. Mengapa aku takut? Jika aku punya Allah, dan Allah selalu bersama hamba-hambaNya yang mau bermunajat padaNya. Aku berdoa, semoga aku termasuk didalamnya.
Tapi, bagaimana Yaa Allah?

Skip.
Beberapa hari lalu, Allah takdirkan aku bertemu dengan salah seorang adik angkatan 2015 di Research Camp Trisakti. Kami mengobrol panjang. Mulai dari bahasan tentang KSEI, Ekonomi Islam, Bank Syariah, hingga.....

"Kak Pute kan sekarang udah mau skripsi nih. Kakak, setelah lulus rencana mau lanjut kemana? Atau jadi apa?"

(Dalam hati)
Dalam nalarku. Aku bahkan tidak yakin apa yang akan aku ucapkan ini dapat terwujud dengan mulus. Aku bahkan tidak tau proses menuju ini akan melalui perdebatan panjang yang bagaimana. Aku bahkan malu untuk mengungkapkannya. Aku bahkan tidak yakin aku pantas. Aku.....

"Insyaa Allah, mau lanjut ngafal quran di Rumah Tahfidz."

(Dalam hati)
Yaa Allah, aku menangis dalam hati. Aku tidak mau riya'. Tapi aku ingin banyak doa mengiringi perjalananku. Aku ingin banyak orang meridhoi. Sehingga hati-hati yang belum menerima, akan semakin luluh.

"Kakak gak mau lanjut kuliah S2 dulu? Atau kerja dulu?"

Dik, hari ini aku duduk disini bukan sebagai apa-apa. Pengetahuanmu mungkin lebih banyak dariku. Dik, aku sudah ketinggalan jauh. Dik, aku ini....

"Insyaa Allah. Setelah selesai aku lanjut lagi. Tapi mungkin gak fokus ke ekis, tapi ke bidang lain, yaitu pendidikan."

Dik, tau gak? Hari ini adalah hari dimana aku rubah lagi planning mimpiku. Plin-plan memang. Tapi dik, seperti ada benturan yang menghantam kepalaku, sehingga membuat aku jatuh, melemah, dan tiada obat selain itu. Aku tidak mungkin berjalan dengan keadaan kepala berdarah, kaki pincang, dan mata buta. Aku ingin lebih pulih dari ini....

"Motivasi kakak apa kak?"

Kali ini, apa yang ada dihati, aku akan ungkapkan dik.

"Allah, dik. Aku udah banyak buang-buang waktu dik tanpa bekal apapun. Aku merasa banyak waktu aku yang sia-sia. Iyasih, aku mau lulus secara akademik. Tapi secara ruhani aku bolong. Usiaku udah gede. Tapi gak ada bekal apa-apa.:'D Sedangkan jika aku lihat sahabatku, bahkan adik-adik kelasku, mereka sudah jauh lebih siap hafalannya.
Aku ingin mengejar ketertinggalan.
Ohiya dik, aku belum pernah ngerasain jadi santri. Dari SD sampe Kuliah di tempat negeri.
Aku pengeeeen sekali tinggal dalam lingkungan yang tiap detiknya itu bener-bener kita gunakan buat mendekat sama Allah.
Maksudnya, bukan berarti sekarang gak bisa. Namun kalau lebih intensif kan jauh lebih baik.
Aku baru aja kenalan sama kakak akhwat. Dia alumni salah satu Universitas, dia lulus cepat, lalu dia coba lamar kerja. Eeeh, 2 minggu kerja, dia memutuskan untuk Menghafal Al-Quran di Rumah Tahfidz. Gak ada yang gak mungkin kok buat Allah. Terlebih buat diri aku yang masih hina ini."

"Trus kakak mau ngafalnya dimana?"

"Aku belum tau dik. Tantangan terbesarnya bukan dimana tempatnya. Karena sekarang udah banyak Rumah Tahfidz. Tapi.. restu orang tua. Dan kesiapan diri aku.
Aku mohon doanya, semoga selama beberapa bulan kedepan. Kakak bisa ishlah diri menjadi lebih baik, orang tua bisa ikhlas untuk mengizinkan. Karena kakak gak mungkin berjalan tanpa restu orang tua. Semoga Allah pahamkan bahwa anaknya ini ingin berbakti lebih dari materi. Doakan ya dik. Kakak mohon doanya."

.
.

Dan akhirnya, aku pun berkaca pada kata-kataku sendiri.
Dari sekian planning mimpi yang aku buat kemarin-kemarin, rasanya sangat jauh dari ketenangan batinku.
Allah sangat sangat sangat sangat baik pada seorang pute yang hina ini. Namun, aku yakin tidak ada yang kebetulan aku berada di lingkungan yang baik, bertemu dengan orang-orang baik, dan belajar hal dari mereka.
Aku yakin yakin yakin itu adalah takdir Allah untukku.
Pun di lingkungan yang lain, pasti ada alasan, pasti ada kebaikan.

Teman-teman, dari kejauhan, Pute mohon doa terbaik.
Demi Allah ini bukan ajang riya, sombong, takabbur, apalagi untuk menunjukkan kemampuan diri.
Karena tidak ada yang bisa Pute sombongkan, apa yang ada dalam diri ini pun bukan punya pute.

Tapi semoga teman-teman ikhlas dan ridho untuk mendoakan proses perjalanan ini.
Memberikan bacaan Surah Al-Fathihah.
Dan tentu Pute doakan hajat daripada teman-teman bisa terwujud.

Kita tidak tahu, dari sekian banyak doa, doa dari hati yang mana yang akan dikabulkan.

Terima kasih sudah saling mendoakan.

Allah bersama kita.
Allah bersama kita.
Jangan pernah takut berjalan, selama ini adalah jalanNya.