Hakikat Hidup

Jadi, boleh ku pakaikan bunga ini untukmu, Dik?
.
.
Eh tapi jangan, memetiknya hanya akan membuat dia layu. Dik, dahulu aku begitu mudah mencabut bunga indah yang aku lihat; namun tahukah kalau itu malah menyiksanya? Bukan malah memuliakannya?
Setelah ia dipetik, maka ia hanya menunggu waktu untuk layu dan busuk. Dik, aku tak ingin menyiksanya. Sedikitpun tidak. Karena aku juga tidak ingin dipetik, lalu dibiarkan layu dan membusuk
.
Dik, kita tahu bukan bahwa bunga ini juga membutuhkan makanan? Membutuhkan batang dan daun untuk berkembang? Membutuhkan akar untuk kuat bermekaran? Maka membiarkannya tetap ditempatnya adalah cara terbaik untuk menyayanginya. Seperti halnya kamu dan aku, Dik. Membutuhkan makanan. Membutuhkan tempat untuk tumbuh. Membutuhkan akar untuk terus mekar
.
Hingga suatu hari, Allah sendiri yang menjatuhkan bunga ini. Melepaskan badannya dari batang yang menopangnya. Perlahan-lahan angin membuatnya terlepas. Pelan. Pelan. Dan bunga ini terbang terbawa angin ketempat yang tidak tahu dimana
.
Seperti hal nya aku dan tentunya kamu, suatu hari. Di waktu yang tepat. Allah akan lepaskan juga ruh dengan jiwa
.
Dik, sebenarnya simpel saja. Saat kita bersama-sama bermain dengan alam. Jangan mengambil apapun, kecuali gambar. Jangan meninggalkan apapun, kecuali jejak. Jangan membunuh apapun, kecuali waktu
.
Sekalipun ada bunga yang telah gugur, jangan dibawa pulang. Biar kan ia menjadi pupuk untuk rumahnya dan saudaranya yang lain
.
Bukankah itu hakikat hidup?
Khairunnas anfauhum linnas 😊
#SaveEarth
#BagianDariMemeliharaBumi

0 Response to "Hakikat Hidup"

Posting Komentar