Tes..
Air mata tak terasa mengalir dipipiku.
Sekilas rasa iseng membawaku pada hamparan kisah masa lalu. Betapa jahilnya aku dulu. Walau hari ini pun, tidak ada yang menjamin apakah aku sudah lebih baik atau belum. Yang terpenting, aku hanya ingin memeluk hidayah ini.
Perjalanan yang tidak sebentar.
4 tahun setelah memulai mentoring, nyatanya kasat mata orang melihat aku begini-begini saja.
Jika ku ditanya, apakah statement itu benar? Jawabnya ya.
Tapi aku menikmati berusaha menjadi yang menikmati proses ini.
Tangga Istiqomah.
Begitu berat maknanya.
Aku pun tak kuasa menakar diri sudah sejauh mana.
Namun aku wajib merasa jadi orang paling bersyukur di dunia ini, karena Allah tempatkan Allah dilingkungan yang terbaik, penjagaan yang baik, usaha yang terbaik.
3,5 tahun yang lalu aku merajuk.
Apa gerangan yang mendasari para wanita berjilbab begitu tertutup? Sedangkan aku sudah nyaman sekali dengan jilbab paris, celana jeans, dan atasan yang biasa ku kenakan ke kampus.
Pertanyaanku:
Mengapa kami (aku dan akhwat berjilbab syari) itu berbeda?
Manakah yang lebih baik diantara kami?
Manakah yang sebenarnya lebih betul?
Jawabnya: akhwat berjilbab syari.
Dulu, aku sudah dikenalkan dengan mentoring. Namun hanya sebatas tahu bahwa itu adalah kumpul wajib bagi mahasiswa baru dengan kakak seniornya. Selebihnya, aku tak paham.
Maka, meninggalkan waktu mentoring dan menggantikannya dengan agenda lebih asyik (versiku) lebih aku senangi.
Hingga di satu titik.
Pertanyaan-pertanyaan diatas.
Dan banyak lagi pertanyaan aku tentang Agama ini...
Membuat aku kembali ingin mentoring.
Ya...
Setiap orang pasti memiliki cerita dalam lingkarannya masing-masing.
Begitupun aku...
Proses yang tidak sebentar hingga aku benar-benar menyadari bahwa mentoring yang kini ku kenal dengan liqo adalah asupan energi ukhuwah dan semangat setiap minggu.
Pertemuan dengan akhwat-akhwat luar biasa selalu aku rindukan.
Murrobiyah yang sabar, telaten, dan penuh ilmu selalu menjadi penyambung antara pertanyaan dengan jawaban kami.
Agenda-agenda upgrade diri selalu dirindukan.
Dan hari ini pun seterusnya...
Aku tidak ingin main-main lagi.
Segala nikmat ini mahal harganya, dan tidak dapat ditukar dengan berapapun rupiah.
Sebab proses ini bukan tentang banyaknya uang yang keluar, tapi berapa air mata yang jatuh untuk sekedar menguatkan bahwa... "Putri bisa. Putri harus istiqomah. Putri gak boleh nyerah. Terus semangat mencari kelompok liqo yang baru..."
Semua sahabat syurga yang aku temui dari kelompok satu ke kelompok lainnya adalah jua guru bagi kehidupanku.
Betapa mereka begitu jauh lebih tinggi kadar ilmunya dibandingku dan mereka tetap tawadhu menyimak.
Tak lupa perjumpaanku dengan murrobiyah-murrobiyah yang memiliki keahlian masing-masing jua menjadi inspirasiku atas segala ilmu dan perjalanan hidup luar biasa mereka.
Alhamdulillah...
Nikmat terjaga yang aku tidak tahu apakah bisa aku rasakan saat aku memilih untuk tetap sombong dan tak mau memperbaiki diri, tak mau melihat kekurangan diri, dan merasa paling benar tanpa landasan apapun.
Sebab segala sesuatunya tidaklah sempurna.
Kita memerlukan berbagai cermin untuk memperbaiki diri.
Salah satunya adalah orang-orang shalihah disekeliling kita yang menjadi wasilah untuk kita memperbaiki diri.
Tujuan kita adalah Allah SWT.
Orang-orang yang cinta pada Allah, rinduiNya dengan sepenuh hati, beribadah dengan sesungguhnya, menaati perintah dan menjauhi laranganNya adalah yang bisa kita tiru akhlaknya.
Teladan kita adalah Nabi Muhammad SAW.
Orang-orang yang mencintai Nabi amatlah banyak, rasa cinta setiap orangnya berbeda. Namun, melalui orang-orang hang mencintai Nabi itulah kita bisa melihat akhlak baik Nabi.
Peluk erat sahabat-sahabat kita.
Tidak perlu dipermasalahkan perbedaan harakah kita.
Tidak perlu diperdebatkan Ustadz mana yang sering diundang pada kajian kita.
Karena sesungguhnya seluruh Ulama Ahlussunnah Wal Jamaah adalah ijma kita.
Satukan persamaan, tanpa saling menjatuhkan.
Kita semua bersaudara dalam ikatan suci ukhuwah islamiyah.
Semoga jalan kita menujuNya mendapatkan ridho dari Allah SWT. Aamiin allahuma aamiin.
0 Response to "Tangga Istiqomah, Kita Semua Saudara"
Posting Komentar