Kalau kamu sederhana, mudah bergaul, sabar, suka petualangan, dan menghargai proses. Maka silakan datang.
---------------------------------------------
Bagiku, hidup ini adalah batu-batu loncatan menujuNya. Dan dalam setiap loncatan itu, terkadang aku jatuh. Bukan terkadang, namun sering. Hingga luka jatuhnya pun sering kali berbekas. Dan aku terhambat lagi satu langkah. Namun baiklah, aku tetap berangkat, berjalan, walaupun terkadang merangkak.
Hidupku jauh sekali dari kata sempurna menurut orang-orang. Namun bagiku, sempurna itu adalah apapun pemberian Allah pada hambaNya yang Ia sayang. Dan apa yang Ia beri padaku, semoga adalah wujud kasih sayangNya.
Untuk kamu; sarjana petualangan yang mengabdi. Aku telah melihatmu dari kejauhan, meramu mimpi mengejar asa. Barangkali kita sama. Walau tentu aku lihat kamu begitu totalitas. Baiklah, sebenarnya ini hanya khayalan. Ini adalah ramuan doaku padaNya.
Untuk kamu; sarjana petualangan yang mengabdi. Semoga kamu tidak banyak mengomentari penampilan sederhanaku. Tidak mempermasalahkan uang yang lebih banyak aku keluarkan untuk hal yang lain daripada membeli baju dan accesoris ataupun make up. Tidak mempermasalahkan gayaku yang seperti itu-itu saja. Karena aku yakin, kamu paham. Bagaimana seharusnya muslimah berpakaian, dalam siatuasi dan acara apapun. Begitu-begitu saja kata mereka. Semoga kamu tidak marah. Semoga kamu tidak malu. Aku yakin; kamu lebih dari paham. Dan kita akan bantu untuk memahamkan yang belum. Menghantarkan busana ini bermakna besar dengan sikap dan sifat kita.
Untuk kamu; sarjana petualangan yang mengabdi. Semoga kamu tidak marah, ketika mendengar cerita akademikku tertinggal karena ketidaksanggupanku mengambilnya disaat amanah sedang memelukku. Semoga kamu mengerti alasanku, semoga kamu pun begitu.
Untuk kamu; sarjana petualangan yang mengabdi. Semoga kamu tidak heran. Saat akhir pekan aku mengajakmu pergi jauh dari ibukota. Menghirup udara segar. Melihat pucuk dedaunan. Menyergap batang-batang pohon. Semoga kamu mengerti, bagaimana Jakarta ini kian lama kian membunuh jiwa-jiwa.
Untuk kamu; sarjana petualangan yang mengabdi. Semoga kamu tidak lari. Ketika melihat aku hanya duduk terdiam disaat kesal. Ketika aku menangis ketika ingin mengeluarkan amarah. Ketika aku mencubit tanganku sendiri saat pikiranku berkecamuh. Aku ingat sabda Nabi, Laa Taghdab. Maka cukup beri aku Al-Quran. Dan ingatkan aku untuk beristighfar.
Untuk kamu; sarjana petualangan yang mengabdi. Mohon kiranya kamu setujui bagian visiku untuk tidak tinggal di Ibukota Indonesia. Dan aku siap tinggal dimana saja asal tentram.
Untuk kamu; sarjana petualangan yang mengabdi. Mungkin sesekali aku akan bersajak, dan terus menerus bersajak. Mohon ingatkan aku untuk menuliskannya. Atau kamu mau menulis untukku?
Untuk kamu. Siapapun engkau.
Selamat mengabdi pada Negeri. Pada Agama. Pada Keluarga.
Dai muda. Pengajar muda.
Aku tidak melihat dasimu. Tidak melihat tas koper kerjamu. Tidak melihat gesper bermerekmu. Tidak melihat sepatu licinmu. Karena aku yakin, mengajar di pedalaman tidak memerlukan itu.
Lihatkan pada anak-anak muridmu media pembelajaran terbaru buatanmu. Dengan mushaf yang selalu ada di meja kamarmu.
Menanti.
0 Response to "Ruang Rindu"
Posting Komentar