Ini bukan kali pertama aku bermain di alam bebas. Bukan kali pertama aku nenjelajah. Namun akhir-akhir ini ada yang berbeda dari caraku menikmatinya. Aku menikmatinya. Sebagaimana yang seharusnya dinikmati. Ku kurangi interaksiku dengan dunia yang jauh, dan ku nikmati yang dekat. Dan seketika aku mulai belajar. Belajar banyak hal. Dari mulai pijakkan kaki yang lemah, dari mulai ranting pohon yang kecokletan, dari teriknya mentari, dari hijaunya dedaunan, dari kerasnya menjalani sehari menyatu dengan alam. Namun inilah belajar hidup. Hidup. Hidup; dik. Kataku.
2 Minggu lalu aku bertemu dengan adik kecil kelas 5 SD pada acara Training Petualangan Mimpi oleh BeeWhite Management. Aku diamanahi menjaga dan menemani 9 adik kelas 5 SD. Hingga pukul 8.30, adikku lengkap. 1 orang lagi. 1 orang lagi. Hingga tepat pukul 8.30 kami dibariskan sesuai nomor urut kelompok. Pada saat itulah aku bertemu adik terakhirku. Namanya Zahra. Akhwat cantik berpakaian syar'i. Berjilbab ungu dan berkacamata ungu. Berbaju putih. Berkaos kaki pink.
"Assalamualaykum Dik. Yuk langsung mulai baris. Baris dibelakang dulu ya. Kakak temui Bunda dulu."
Dan setelah itu ku temui Bunda Zahra. Seorang akhwat berjilbab syar'i. Setelah ku mintai data sang bunda, berbalas senyum oleh Bunda Zahra seraya berkata "Syukron wa jazakillah ya Kak Puthum. Barakallahu untuk hari ini. Semoga sukses. Semangat ya."
Dengan senyum manis sang Bunda menjauh dari kami.
Ini hari yang mengesankan. Insyaa Allah
Seharian ini aku bermain dan berpetualang dengan adik-adik hebatku. Mereka berani. Aku tidak tahu sejak kapan keberanian itu muncul dari dalam diri mereka. Namun bagiku, mereka hebat. Hingga Zahra kembali menarik perhatianku. Adik hebat ini amat sopan, sosial, dan memiliki kepekaan yang tinggi.
Zahra sepertinya sudah mengerti bagaimana seharusnya batasan antara ikhwan dan akhwat. Zahra mengingatkanku, "kak, kenapa gak ada batasan ikhwan dan akhawat?", aku tersentak, aku diam, aku bangga, "Dik, buat batasanmu ya. Beri jarak, kita tetap berjalan dibelakangnya namun jangan terlalu dekat.". Zahra pun paham.
Waktu siang telah datang, saatnya kami berpetualang. Ku pilihkan satu tempat berrumput hijau untuk kita bermain. Ah, aku sangat senang ketika bermain di alam lepas. Begitu pula adik-adik. Tidak ku lihat raut muka lelah diwajah mereka. Hanya tawa dan senyum yang mereka tampilkan.
"Dik, kali ini kita akan bermain 5 permainan seru. Semua adalah filosofi dari 5 motivasi kita dalam meraih mimpi."
Tadinya, ada beberapa anak yang memisahkam diri dari aku. Mereka asyik bermain dengan dunianya. Namun apa yang alam perbuat, daya tarik keseruan mampu membantuku untuk mengambil hatinya, mengajaknya bermain bersama. Aku senang, 9 adik hebatku bisa bermain bersama dan kompak. Aku senang, mereka dengan sigap membentuk teamwork. Aku senang. Aku senang mereka bisa bersahabat dengan alam.
"Kakak, aku gak mau duduk dirumput, nanti kotor."
"Yaudah; duduk dulu di akar pohonnya ya."
Percakapan di awal kita bermain. Namun beberapa saat setelahnya, ia malah asyik duduk dirumput. Aih, adik-adik.
Kembali ku ceritakan tentang Zahra
Ia begitu dewasa. Sikapnya begitu peka terhadap lingkungan. Barulah aku tau bahwa Zahra sekolah di Sekolah Alam di bilangan Bintaro. Deg. Apa se-dahsyat ini alam mem-fasilitasi lingkungan belajarmu, Dik?
Tidak lama kita bermain, hingga mereka tidak mau diajak pulang. Mereka asyik. Mereka senang. Namun waktu menunjukkan kita harus kembali ke Masjid UI.
"Kakak, lihat ada sampah." Kata Zahra.
"Nah, kalau ada sampah, artinya harus diapakan?"
"Dibuang kak. Tapi gak ada tempat sampah."
"Oke, sekarang ada tempat sampah (aku keluarkan plastik merah yang cukup besar). Kakak beri penugasan. Sepanjang jalan menuju Masjid UI, kita harus memungut sampah non-organik, sampai plastik ini penuh."
"SIAP Kak." Kata 9 adik hebatku.
Allahu, nikmat apalagi ini. Belajar di alam membuat mereka peduli. Sepanjang jalan mereka sibuk mencari sampah-sampah non-organik lalu mereka masukkan kedalam plastik merah. Aku bahagia, mereka tidak menjadi adik-adik yang acuh. Aku bahagia, hari ini aku belajar lagi bagaimana arti kepekaan sosial.
Dan untuk Zahra, kapan aku bisa berkunjung ke Sekolahmu?
Katamu dalam bulan ini kamu akan camping?
Doakan semoga tugas akhir-ku bisa banyak meneliti tentang bagaimana alam mengajarkan kita banyak hal.
Terimakasih adik-adik hebatku. Walau rasa lelah menghujam, namun bersama kalian terasa tidak ada letihnya.
Catatan seorang Fasilitator, 21 Agustus 2016
0 Response to "Alam Mengajarkanmu Apa, Dik? "
Posting Komentar