YaAllah, mengapa baru tahun ini hati ku begitu sedih menyambut Ramadhan-Mu?

YaAllah, mengapa baru tahun ini hati ku begitu sedih menyambut Ramadhan-Mu?

Ramadhan. Bulan penuh berkah dan penuh ampunan. Tiap detiknya adalah doa, tiap perbuatan nya adalah ibadah. Tiada bulan seindah Bulan Ramadhan. Bulan pengampunan. Bulan saat diikatnya syaitan-syaitan penggoda manusia. Bulan saat yang telah berpulang kembali kerumah. Bulan saat semua begita terasa kebersamaannya.
Ya.. Semua umat muslim didunia menyambut dan merayakannya dengan penuh suka cita. Semua sibuk menghitung mundur berapa hari lagi Ramadhan akan datang. Semua sibuk berbenah diri.
Namun aku? Harus kuakui aku begitu sedih, Bulan ini terlalu indah. Jujur saja, tahun ini ada tahun perjalanan spiritual ku yang paling terasa. Perubahan demi perubahan telah kulakukan. Tentu saja perubahan ini adalah wujud kecintaanku pada Rabb-ku. Perubahan ini cukup mudah untuk kulakukan, tapi tentu saja berat untuk dipertahankan

Kurasakan indahnya lingkaran dakwah dalam mensyiarkan agama-Nya, keramahan dan kelembutan setiap insan yang ada didalamnya. Bersama memperjuangkan agama-Nya dalam lingkaran dakwah ini. Sungguh. Ini keluarga. Sungguh. Aku nyaman berada disini. Sungguh. Allah menjodohkanku pada mereka. Dan sungguh. Aku akan terus berada disini. Aku bahagia. Inilah kedamaian yang aku cari selama ini.

Perjalananku bukan hanya sampai disitu. Setahun kebelakang ini juga lah aku mengenal hal-hal indah dalam Islam: Al-matsurat, Hijab, Jilbab, Dakwah, Dan semua hal baru yang aku temui. Sekali lagi aku katakan, Aku senang berada disini.

Sahabat-sahabat yang begitu shalih dan shalihat seakan menjadi motivator ku untuk terus memperbaiki diri. Kata-kata yang dulu begitu asing, kita menjadi sangat akrab denganku, kata-kata itulah adalah bahasa Arab, misalnya Barakallah, Jazakillah, Syukron, Afwan. Sungguh ini menarik. Aku tertarik untuk terus mempelajarinya. Mereka yang senantiasa membiasakan kata-kata itu padaku.

Semakin aku mengenal Islam, semakin aku belajar tentangnya.
Ramadhan. Inilah yang ingin aku lebih kenal lagi. Kalau selama 17 tahun aku hidup, aku hanya mengenal Ramadhan hanya sebatas bulan puasa, Lailatul Qodr, setelah itu lebaran. Ya. Aku jujur. Sesederhana itu. Tidak ada yang begitu menggetarkanku.

Namun kini, saat aku lebih mengenal Ramadhan. Sungguh aku tak kuasa untuk menyesali semua yang telah aku lalui pada Ramadhan-Ramadhan sebelumnya.
Jadi?? Aku?? Dulu?? Telah?? Menyia-nyiakan waktu ku di bulan Ramadhan??

Aku menangis. Iya benar. Aku menangis. Aku menyesal. Ternyata hidupku begitu merugi, sia-sia. Aku terlena. Terlena dengan indah kenikmatan duniawi. Aku terlena.

Sekali lagi aku menangis. Aku sedih.

Namun harus aku sadari, Aku bahagia. Satu tahun kebelakang ini adalah masa pencarian ku akan hidayah-Nya.
Aku senang berada dalam lingkaran dakwah ini. Aku senang bertemu dengan orang-orang yang sangat hebat. Aku senang menjalani amanah-amanah dakwah yang dapat mendekatkanku pada Ilahi..

Aku pun menghapus airmataku.
Tak lagi aku menangis. Allah begitu baik padaku. Wallahi, Aku mencintai-Mu.

Jadiiii, jika kau tanya masihkah aku bersedih? Aku kan menjawab tidak.

Allah telah menjawabnya. Satu tahun perjalanan ini adalah jawabannya.

Bismillah.

Marhaban Ya Ramadhan

"Ditulis orang pembelajar yang sangat ingin tahu akan segala hal, hingga akhirnya dia "terjebak", "terjebak" dalam hal yang begitu ingin ia tau. Islam. Dakwah. Ukhuwah. Ia terjebak didalamnya, dan ia bahagia" - Putri Humairoh

28.06.2014

0 Response to "YaAllah, mengapa baru tahun ini hati ku begitu sedih menyambut Ramadhan-Mu?"

Posting Komentar