Ini kisahku, mana kisahmu?
Cerita ini dimulai dari mana ya? Hmm.. Baiklah kita mulai dengan perkenalnya.
Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh, Ukhty. Hai, nama saya Bintang. Ini adalah kisahku, kisah tentang perjalanan hijrahku, kisah tentang pencarian ku akan hidayah Allah SWT, kisah tentang perjuangan ku melawan nafsu dan diriku sendiri. Kisah biasa ko ukhty, hanya kisah seorang akhawat yang ingin selalu belajar menjadi yang lebih baik.
Kita mulai ya ukh.
Maha besar kuasa Allah yang telah menakdirkan ku masuk di Universitas ini, Universitas Negeri namun sangat kecil bila dibandingkan Universitas Negeri yang lain. Beruntung Allah kasih kemudahan saya untuk menekuni studi disini dengan beasiswa.
Namun saya tidak berbicara tentang itu. Saya akan berbicara tentang Hijrah. Berat ya ukh? Santai..santai..
Jadi awalnya begini, saat masuk di Universitas ini betapa kagetnya melihat seluruh panitia ospek memakai jilbab. Cantiiik sekali. Pantas saja, kami(mahasiswa baru yang muslimah) diwajibkan memakai jilbab. Skip skip skip. Disini rasanya adem banget ukh, kanan kiri kita bisa melihat para akhawat sedang berlalu lalang atau sedang melalukan kegiatan, mereka amat.... Menurut kalian apa yang membuat mereka amat.......? Ya, benar. Jilbab nya. Mereka dengan pede menggunakan jilbab lebar (menurutku) yang menutupi dada, bahkan sampai menutupi perutnya, tidak menerawang, memakai rok/gamis, ditambah dengan kaus kaki. Jadi amat apa? Amat aneh, iya menurutku amat aneh. Astaghfirullah. Dan saat melihat itu aku masih dengan pedenya berjalan dengan menggunakan jilbab paris 1 lapis, celana jeans ketat, dan tanpa kaus kaki.
Semakin kesini, hatiku mulai bergejolak penasaran. Sebanarnya mengapa para akhawat itu menggunakan busana seperti itu? Apakah itu tidak mengganggu aktivitas mereka? Apa gak gerah jilbab 2 lapis begitu? Emang siapa sih yang nyuruh mereka berbusana seperti itu?
Pertanyaan2 itu hadir dipikiranku, tapi aku gak ambil pusing, aku tetap menjalani aktivitasku seperti biasa. Kuliah, pulang, pacaran. Kuliah, pulang, pacaran. What? Ukhty? Pacaran??
Iya ukh, saat semester 1 ana masih pacaran..
Semakin lama pertanyaan-pertanyaan itu kian banyak dan kian memaksa untuk dijawab. Aku bingung, harus nanya kesiapaaa? Mentoring pun aku gak aktif. Mau nanya temen dikelas yg berbusana kaya gitu? Aku maluuu nanyanya.. Jadi, aku putuskan untuk nyari jawabannya lewat... Internet.
Pertama aku buka account twitter @pedulijilbab dan fanspage FB Kartun Muslimah. Dari sini sedikit demi sedikit pertanyaanku mulai terjawab.
Ternyata jilbab itu wajib untuk setiap muslimah yg sudah baligh, alhamdulillah aku sudah pakai jilbab, gugur deh kewajibanku. Asyik :D
But wait? Trus kenapa akhawat itu pakai jilbab lebar dan kaus kaki?
Ternyata jawabannya ada di QS. Al-'Aĥzāb:59 - Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
MasyaAllah, jadi begitu. Allah telah mewajibkan memakai jilbab. Jilbab yang diperintahkan Allah pun bukan hanya membungkus tubuh kita ukh, tapi menutupnya. Jelas banget tujuan jilbab itu untuk melindungi wanita, maka jilbab yang diwajibkan pun yang menutupi dada, tidak ketat, tidak menerawang, dan memakai kaus kaki. Nah ini, pakai kaus kaki! Kata Allah seluruh tubuh itu aurat kecuali wajah dan telapak tangan. Jadi, kaki juga ditutup ya ukhty. Maka sekarang aku konsisten pakai kaus kaki.
Kaus kaki, ceklis √. Lalu gimana dengan aturan yang lain? Butuh kemantapan hati ukhhh
Sami'na wa atho'na.
Kami dengar dan kami taat.
Itu kata yang aku dengar dari seorang murobbi disebuh halaqah.
Aku ingin sekali menuruti perintah Allah dalam hal berjilbab ini, tapi...aku masih belum siap. Aku masih. nakal, aku masih suka bikin marah orang tua, dan terlebih, aku masih pacaran. Astaghfirullah. Jadi aku harus bagaimana ya Allah?
Hatiku bergejolak, rasanya belum siap meninggalkan segala "keburukan dan kemaksiatan itu" namun perintah Allah harus tetap dijalankan.
"Yang penting jilbabin hatinya dulu". Sempat aku ingin menyudahi hidayah ini, aku merasa hatiku dan diriku belum pantas dengan jilbab seperti itu.
Namun entah bagaimana cara Allah, semakin aku menolak hidayah, semakin hidayah itu datang padaku. Ibaratnya, aku mundur 1 langkah dr hidayah, namun hidayah maju 2 langkah padaku bahkan 1000 langkah sepertinya.
Tak peduli apa kata manusia yang lain, tak peduli bagaimana status pacaranku, tak peduli betapa berdosanya aku. Aku beranikan diri ber-proses menjemput hidayah itu..
Proses pun dimulai..
Tak terasa awal semester 2 aku mengawali prosesku.
Mula-mula aku istiqomahkan diri memakai kaus kaki, aku perbanyak kaus kaki. Kemudian aku biasakan diri memakai rok, walau waktu itu koleksi rok ku hanya 3 macam :D jadi saat ke 3 rok ku basah, aku harus merelakan diri pakai celana. YaAllah :(
Makin lama aku mulai perbanyak koleksi rok ku, tak apalah hanya rok murah yang penting nyaman dipakai. Di proses itu hmm lumayan mudah, walau diperjalanan tetap ada pertanyaan "Ka, ko pakai rok terus?" "Ka, itu levisnya dipake!". Jujur, aku gak bisa jawab apa-apa.
Jilbab? Aku masih setia dengan jilbab 1 lapisku, tapi sekarang sudah aku sematkan bros dipundak agar dadaku tertutupi.
Ternyata begini lebih cantik.
Tiba-tiba timbul rasa malu, dengan busana seperti itu (hampir syar'i) apa gak malu kalo masih pacaran? Apa gak malu jalan di mall gandengan? Ya, benar. Aku harus sudahi semua ini.
Kita putus aja ya..
Kenapa?
Gapapa, yaudah putus aja ya..
Ngapain, gak ada alasan. Gak mau.
Hadeh, yaudah deh gak jadi..
---- begitu lah percakapannya, gak jadi putus. Gak ada alasan yang jelas katanya, aku masih miskin ilmu tentang larangan pacaran. Yang aku rasakan hanya aku udah gak nyaman pacaran, risih, geli, dan hal-hal gak mengenakan lainnya. Berkali-kali seperti itu. Putus-nyambung-putus-nyambung.
Sampai akhirnya..
"Maaf aku udah gak bisa lanjut lagi, kita udahan ya. Aku mau fokus kuliah. Lagipula aku malu pakai jilbab masa masih pacaran."
"Loh kenapa? Dr dulu juga pakai jilbab? Tapi gak ada masalah?"
"Udah ya, mohon pengertiannya"
-------
Game over. Sudah berakhir semua. Aku yang menganggap ini berakhir. Gak perlu ada bantahan apa-apa lagi, aku harap dia mengerti.
Dan proses ku kembali berjalan. Hingga aku masuk dalam satu organisasi dakwah.
Di organisasi ini hampir semua kaka BPH akhawatnya memakai jilbab syari, terbesit lah pikiranku untuk mulai men-double jilbabku.
Pertama kali pakai jilbab double saat pergi ke IBF bersama sahabat. Kami janjian memakai jilbab double, Alhamdulillah Allah kasih teman yang sama-sama lagi berproses.
Tapi besoknya aku kembali ke 1 lapis. Sebenarnya, halangan terbesar bukan pada diriku, aku siap memakai jilbab double. Sangat siap insyaAllah.. Tapi apa kata mereka? Apa kata ibuku? Keluargaku? Akhlak ku dirumah saja masih buruk..
Mundur? Tidak..
Suatu hari Allah takdirkan aku bertemu dengan sahabat yang sudah berjilbab syar'i. Sebenarnya kami sudah kenal cukup lama, namun jarang ngobrol. Skrg saatnya, aku korek-korek tentang dia (evil laugh)
Gimana sih caranya berjilbab syari? Oh gini, di double aja tapi diambil ujungnya sedikit aja..
Bukan, maksudnya emang ortu kamu ngebolehin ya kamu pake jilbab double2? -Ya, awal-awalnya sih enggak, tapi aku beraniin aja. Aku ajak bicara ibuku, lama-lama ibu mengerti.
Trus, ibumu jilbabnya gini juga? -enggak ko, ibu ku biasa.
Aku mau jilbab double juga. -oh barakallah semoga istiqomah yaa..
Tapi takut apa kata orang tua dan keluarga? -dicoba dulu, lama-lama pasti ngertu ko.. Semangat ya..
----------
Itulah percakapan singkatku. Cukup untuk penguat niat. Allah baik banget ngirim jawaban akan setiap pertanyaannya.
Keesokan harinya, aku mulai memakai jilbab double. Alhamdulillah tidak seburuk yang aku fikirkan. Ibu gak komentar apa-apa. Hihi. Hari ini sengaja aku tutupi jilbab pake jaketku. Besoknya, pake jaket lagi. Lusanya, pake jaket lagi. Seminggu kemudian, gak ada komentar apa-apa dari ibuku. Maka aku beranikan diri pergi tanpa jaket.. "Ka, ko jilbabnya double?". Deg..
"Iya mah biar gak nerawang.."
Lalu aku bergegas pergi..
Aku kira semuanya baik-baik saja. Sampai akhirnya, aku disidang dirumah. Keluargaku bukan keluarga yang anti Islam, keluargaku paham Islam InsyaAllah bahkan dirumahku sering ada pengajian ibu-ibu.
Ditanyalah mengapa aku memakai jilbab double, aku kasih penjelasan tentang kewajiban jilbab. Ditanyalah apa aku ikut aliran sesat? MasyaAllah, sama sekali enggak. Ditanyalah apa aku ikut suatu partai? Aku dengan yakin aku gak ikut partai-partai-an. Akhirnya ibuku blg, bahwa keluarga besar mulai khawatir denganku, mereka menganggap aku sudah terlalu jauh, takut aku ikut aliran-aliran yang tidak benar..
Allah..Allah..Allah.
Jatuh air mataku, ya Allah aku hanya ingin menaati perintahMu. Kalau skrg aku mulai sering pulang sore/malam, itu karena aku liqo dan hadir kajian dulu. Kalo skrg hari sabtu ku ada diluar rumah, itu untuk memenuhi amanahku di lembaga dakwah ini. Kalo skrg aku jarang update photo itu krna aku mau melindungi diriku dan saudara ikhwan yg lain, kalo skrg status2 ku berbau Islami, itu hanya krna aku ingin medsos ku lebih bermanfaat. Sungguh aku tetap aku yang dulu..
-----------
Rasanya, hari-hariku amat berat kala itu. Aku harus menjadi anak super perfect dirumah agar tak keluar dari mulut ibuku untuk melepas jilbabku. Aku harus tahan dan senyum dengan omongan orang lain ttg ku. Sampai pernah jilbabku dirobek saat aku membuat kesahalan.
InsyaAllah aku sedang melaksanakan perintah Rabb-ku, aku sedang berusaha menyelamatkan ayahku agar dijauhkan dari api neraka. Aku sadar, dari awal aku berproses, semua ini akan terjadi. Koreksi untuk diri kita akan datang sangat keras saat busana tak sesuai dengan kelakuan. Sebisa mungkin aku turuti perintah org tua ku. Walau kerap kali aku lalai, dan kata-kata menyakitkan itu hadir..
Allah memerintahkan aku untuk berjilbab syar'i, Allah juga memerintahkan aku untuk berbakti pada orang tua.. Kedua hal ini bukan pilihan, semua itu harus aku lakuan.
Mendakwahi keluarga memang lebih sulit dr mendakwahi org lain. Tapi, dengan pencerminan yang baik dari diri kita para aktivis dakwah, akan membawa dakwah itu sampai tetap sasaran dihati keluarga.
Bismillahirrahmanirrahim.
Sekarang sudah semester 4. Satu tahun perjalanan hijrahku, dan aku masih terus mencari hidayah Allah SWT. Aku akan terus memperbaiki diri. Hingga akhirnya perbaikan ini memuarakan aku di Syurga-Nya. Aamiin.
Semoga bermanfaat.
Best regards, Bintang.
Wassalamualaikum Wr.Wb
9 Oktober 2015 pukul 08.23
"Antara Syari'ah dan Fiqh
(a) menutup aurat itu wajib bagi lelaki dan perempuan (nash qat'i dan ini Syari'ah)
(b) apa batasan aurat lelaki dan perempuan? (ini fiqh)
Catatan: apakah jilbab itu wajib atau tidak, adalah pertanyaan yang keliru. Karena yang wajib adalah menutup aurat.
Nah, masalahnya apakah paha lelaki itu termasuk aurat sehingga wajib ditutup? Apakah rambut wanita itu termasuk aurat sehingga wajib ditutup? Para ulama berbeda dalam menjawabnya."
*Nadirsyah Hosen, Dosen Fakultas Syariah UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta
luk.staff.ugm.ac.id/kmi/isnet/Nadirsyah/Fiqh.html
Terdapat tiga MUSIBAH BESAR yang melanda umat islam saat ini:
1. Menganggap wajib perkara-perkara sunnah.
2. Menganggap pasti (Qhat'i) perkara-perkara yang masih menjadi perkiraan (Zhann).
3. Mengklaim konsensus (Ijma) dalam hal yang dipertentangkan (Khilafiyah).
-Syeikh Amru Wardani. Majlis Kitab al-Asybah wa al-Nadzair. Hari Senin, 16 September 2013
suaraalazhar.com/2015/05/tiga-permasalahan-utama-umat-saat-ini.html
JILBAB MENURUT BUYA HAMKA
Menurut Buya HAMKA (Pendiri/Ketua MUI ke-1, Tokoh Ulama Besar Muhammadiyah), yang ditentukan oleh agama adalah Pakaian yang Sopan dan menghindari 'Tabarruj'
Berikut adalah kutipan Tafsir Al-Azhar Buya HAMKA (selengkapnya lebih jelas dan tegas dapat dibaca pada Tafsir Al-Azhar, khususnya beberapa Ayat terkait, yakni Al-Ahzab: 59 dan An-Nuur: 31):
'Nabi kita Muhammad saw. Telah mengatakan kepada Asma binti Abu Bakar ash-Shiddiq demikian,
"Hai Asma! Sesungguhnya Perempuan kalau sudah sampai masanya berhaidh, tidaklah dipandang dari dirinya kecuali ini. (Lalu beliau isyaratkan mukanya dan kedua telapak tangannya)!"
Bagaimana yang lain? Tutuplah baik-baik dan hiduplah terhormat.
Kesopanan Iman
Sekarang timbullah pertanyaan, Tidakkah Al-Qur'an memberi petunjuk bagaimana hendaknya gunting pakaian?
Apakah pakaian yang dipakai di waktu sekarang oleh perempuan Mekah itu telah menuruti petunjuk Al-Qur'an, yaitu yang hanya matanya saja kelihatan?
Al-Qur'an tidaklah masuk sampai kepada soal detail itu,
Al-Qur'an bukan buku mode!
Al-Qur'an tidak menutup rasa keindahan (estetika) manusia dan rasa seninya.
Islam adalah anutan manusia di Barat dan di Timur. Di Pakistan atau di Skandinavia. Bentuk dan gunting pakaian terserahlah kepada umat manusia menurut ruang dan waktunya.
Bentuk pakaian sudah termasuk dalam ruang kebudayaan, dan kebudayaan ditentukan oleh ruang dan waktu ditambahi dengan kecerdasan.
Sehingga kalau misalnya perempuan Indonesia, karena harus gelombang zaman, berangsur atau bercepat menukar kebaya dengan kain batiknya dengan yurk dan gaun secara Barat, sebagaimana yang telah merata sekarang ini, Islam tidaklah hendak mencampurinya.'
MENGENAL (KEMBALI) BUYA HAMKA
Ketua Majelis Ulama Indonesia: Buya HAMKA
mui.or.id/mui/tentang-mui/ketua-mui/buya-hamka.html
Mantan Menteri Agama H. A. Mukti Ali mengatakan, "Berdirinya MUI adalah jasa Hamka terhadap bangsa dan negara. Tanpa Buya, lembaga itu tak akan mampu berdiri."
kemenag.go.id/file/dokumen/HAMKA.pdf
"Buya HAMKA adalah tokoh dan sosok yang sangat populer di Malaysia. Buku-buku beliau dicetak ulang di Malaysia. Tafsir Al-Azhar Buya HAMKA merupakan bacaan wajib."
disdik-agam.org/berita/34-berita/1545-seminar-internasional-prinsip-buya-hamka-cermin-kekayaan-minangkabau
"... menjadi pilihan pribadi masing-masing Muslimah mengikuti salah satu pendapat jumhur ulama: memakai, atau tidak memakai jilbab."
nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,4-id,48516-lang,id-c,kolom-t,Polwan+Cantik+dengan+Berjilbab-.phpx
'Rasulullah SAW bersabda: "Bacalah Al-Qur'an selama hatimu bersepakat, maka apabila berselisih dalam memahaminya, maka bubarlah kamu." (jangan sampai memperuncing perselisihannya).' (Imam Bukhari Kitab ke-66 Bab ke-37: Bacalah oleh kalian Al-Qur'an yang dapat menyatukan hati-hati kalian).
5 Juni 2017 pukul 04.34
Cerita nya menginspirasi sekali bwt yg lagi hijrah kak :) pengen sharing2 sama kakak
27 Desember 2017 pukul 14.03
Masyaa Allah. Terimakasih kak.
Semoga kita selalu istiqomah.
Hayuk kak :) Senang sekali jika bisa saling berbagi dengan kakak :)
27 Desember 2017 pukul 14.04
Masyaa Allah. Terimakasih kak.
Semoga kita selalu istiqomah.
Hayuk kak :) Senang sekali jika bisa saling berbagi dengan kakak :)